Kitab WAHYU : Misa Kudus dan Surga diatas Bumi
Belajar Alkitab 11:36 AM
Paus Yohanes Paulus II
menyebut Misa Kudus sebagai “Surga di
atas bumi”, yang berarti bahwa “Liturgi
yang kita rayakan di bumi ini merupakan partisipasi kita yang penuh misteri
dalam liturgi surgawi”. Apa yang dikemukakan oleh Paus Yohanes Paulus II
ini di dukung oleh Dr. Scott Hahn, seorang pendeta yang ahirnya masuk Katolik.
Dr. Scott mengemukakan bahwa kunci untuk memahami Misa Kudus ada di dalam Kitab
Wahyu dan lebih jauh lagi bahwa hanya melalui Misa Kudus kita bisa memahami
Kitab wahyu.
Misa Kudus
diawali dan ditutup dengan tanda lahiriah yang kita peragakan dan kita ucapkan
yaitu Tanda Salib. Bersamaan dengan
membuat tanda ini kita mengucapkan “Dalam
nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus”, di dalam Tanda Salib ada keselamatan bagi semua orang yang menandainya pada
dahi mereka (Why 7:3 dan 14:1).
Dalam Kitab
Suci, ritual membuat Tanda Salib pada
dahi sudah berakar sejak zaman Yehezkiel yang berfungsi sebagai perlindungan
Ilahi dan ikatan perjanjian dengan Allah (Yeh 9:4).
Selanjutnya,
imam akan mengucapkan “Tuhan bersamamu”.
Dalam seluruh Kitab Suci apabila Allah mengutus seseorang untuk sebuah peran
yang penting dalam karya keselamatan-Nya, maka Ia akan memberikan jaminan bahwa
Ia akan menyertainya. Seperti perutusan Musa untuk membebaskan bangsa Israel
dari perbudakan di Mesir (Kel 3:12),
Yosua untuk membawa bangsa Israel memasuki Tanah Terjanji (Yos 1:5),
Gideon untuk membela umat Israel dari musuh asing yang kuat (Hak 6:12), Maria
menjadi Ibu Tuhan (Luk 1:28) dan para rasul untuk mewartakan Injil ke seluruh
dunia (Mat 28:20).
Tuhan
kasihanilah kami (Kyrie Elaison) kita
nyanyikan sebagai perwujudan sesal dan tobat kita atas segala dosa dan
kelemahan kita. Kita memohon belas kasih dan kemurahan dari Allah Trinitas.
Tuhan kasihanilah kami sering muncul baik dalam PL maupun PB seperti (Mzm 6:2,
31:9, 51:3-4, 119:77, 123:3) dan (Mat 9:27, 15:22, 17:15, 20:30-31). PL
berulang kali mengajarkan bahwa kemurahan adalah salah satu sifat Allah (Kej
34:6) dan (Yun 4:2).
Setelah kita
nyatakan tobat dan sesal kita, kita nyayikan Kemuliaan (Gloria) yaitu sebuah lagu pujian yang diambil dari nyanyian para
malaikat pada saat kelahiran Yesus (Luk 2:14) dilanjutkan dengan gema dari
pujian malaikat akan kekuatan Allah yang diambil dari Kitab Wahyu (Why 15:3-4).
Jadi saat kita menyanyikan Kemuliaan kita tidak sedang menyanyikan lagu yang
biasa-biasa saja, tetapi kita sedang menyanyikan nyanyian para malaikat. Bahkan
lebih jauh lagi, kita bergabung dengan paduan suara para malaikat di surga.
Pada masa
Yesus, ibadat Sinagoga Yahudi mencakup pembacaan dari Kitab Suci yang diatur
dalam lingkaran tiga tahun. Demikian juga liturgi sabda, bacaan Kitab Suci diatur dalam
lingkaran tiga tahun yang menyajikan empat kelompok besar Kitab Suci :
Perjanjian Lama, Mazmur, Surat-surat Perjanjian Baru (Kisah para rasul dan
Kitab Wahyu) dan Injil. Dengan demikian orang katolik yang selalu
menghadiri Misa Kudus setiap Minggu
mendengarkan hampir seluruh Kitab Suci.
Selanjutnya
kita mendoakan Syahadat. Syahadat Kristiani dibangun atas dasar pemahaman
tentang Allah yang Esa yang terdiri dari tiga pribadi : Bapa, Putra dan Roh
Kudus. Syahadat menguatkan kita untuk masuk dalam pelayanan doa para kudus di
surga.
Dalam
Liturgi Persembahan, kita mempersembahkan diri kita dan segala yang kita
punyai. Semua persembahan di atas altar dikuduskan bersama Kristus. Saat imam
menuangkan air dan anggur ke dalam piala, oleh misteri ini kita boleh mengambil
bagian di dalam keilahian Kristus yang telah merendahkan diri-Nya untuk
mengambil bagian dalam kemanusiaan kita. Perpaduan ini melambangkan kesatuan
keilahian dan kemanusiaan Kristus.
Setelah
kita berikan persembahan, kita nyanyikan pujian dimana malaikat-malaikat dan
orang-orang kudus bernyanyi dihadapan tahta surga yang kita kenal dengan Kudus
(Sanctus). Pujian ini berbunyi :
“Kudus, Kudus, Kudus”. (Why 4:8 dan Yes 6:2-3).
Selanjutnya
kita sampai pada puncak persembahan Ekaristi, Doa Syukur Agung (Anaphora). Saat imam mengucapkan “
Inilah Tubuh-Ku…..Inilah Piala Darah-Ku, darah perjanjian baru dan kekal’, ia
tidak hanya mengucapkan tetapi ia bicara atas nama pribadi Kristus sebagai
pemimpin selebran Misa Kudus. Yesus meminta para penerusnya untuk merayakan
Misa Kudus ketika Ia berkata “ Perbuatlah ini ….menjadi peringatan akan Aku”.
(1 Kor 11:25).
Setelah
Doa Syukur Agung kita doakan Doa Bapa Kami, doa yang diajarkan oleh Yesus
sendiri. Selanjutnya kita memasuki “Ritus Komuni”, dimana dengan komuni kita
memperbaharui ikatan hubungan kita dengan keluarga kekal yaitu keluarga Allah
dan keluarga Allah di dunia yaitu gereja. Kita menyatukan persatuan kita dengan
gereja dalam tanda Salam Damai sebelum kita menghampiri altar (Mat 5:24).
Selanjutnya kita doakan “Anak Domba
Allah”, mengingatkan kita pada kurban Paskah, kemurahan hati dan damai
Paskah baru. Lalu kita menerima Dia di dalam Komuni Kudus. Kita menerima Dia
yang kita puji dalam Kemuliaan dan nyatakan dalam Syahadat. Kita menerima Dia
yang adalah Perjanjian Baru yang ditunggu-tunggu sepanjang sejarah kemanusiaan.
Ekaristi menyatukan kita dengan mahkluk-mahkluk surga dalam perjamuan kawin
Anak Domba.
Dari uraian di atas,
Dr. Scott Hahn menunjukkan beberapa unsur yang sangat lazim dalam Misa Kudus ditemukan dalam Kitab Wahyu.
Ibadat Minggu (Why 1:10), Seorang Imam Agung (Why 1:13), Sebuah Altar (Why
8:3-4, 11:1, 14:8), Para Imam (Why 4:4,
11:16, 14:3, 19:4), Busana (Why 1:13, 4:4, 6:11, 7:9, 15:6, 19:13-14), Selibat
Kudus ( Why 14:4), Orang-orang yang mengenakan busana putih (4:4), Tabernakel/
Kemah (Why 15:5), Kandil / Menorah (1:12, 2:5), Dupa (Why 5:8, 8:3-5), Piala
(15:7, 16:1, 21:9), Tanda Salib (Why 7:3, 14:1, 22:4),Kemuliaan / Gloria (Why
15:3-4), Alleluya (Why 19:1,3,4,6), Angkatlah Hatimu (Why 11:12), Kudus, Kudus,
Kudus (Why 4:8), Amin (19:4, 22:21), Anak Domba Allah (Why 5:6), Doa Pengantara
Para Malaikat dan Para Kudus ( Why 5:8, 6:9-10, 8:3-4), Nyanyian Antifon (Why
4:8-11, 5:9-14, 7:10-12, 18:1-8), Kontemplasi dalam Keheningan (8:1), Berlutut
dihadapan Kristus (Why 1:17, 4:10), Umat Allah melagukan pujian (Why 4:8, 5:9,
14:3, 15:3), Perjanjian Kawin Anak Domba (Why 19:9).
Dengan demikian, Kitab Wahyu hanya dapat dipahami secara
tepat apabila dibaca dalam terang liturgi gereja yaitu dalam Misa Kudus yang merupakan
pengejawantahan dari surga di atas bumi.
Keterkaitan ketiganya adalah merupakan cara Allah menyingkapkan Misteri Ilahi.
By. Analiswati
Posted by
Kasih Yesus
on
11:36 AM
.
Filed under
Belajar Alkitab
.
You can follow any responses to this entry through the
RSS 2.0