Kitab WAHYU : Misa Kudus dan Surga diatas Bumi



Paus Yohanes Paulus II menyebut Misa Kudus sebagai “Surga di atas bumi”, yang berarti bahwa “Liturgi yang kita rayakan di bumi ini merupakan partisipasi kita yang penuh misteri dalam liturgi surgawi”. Apa yang dikemukakan oleh Paus Yohanes Paulus II ini di dukung oleh Dr. Scott Hahn, seorang pendeta yang ahirnya masuk Katolik. Dr. Scott mengemukakan bahwa kunci untuk memahami Misa Kudus ada di dalam Kitab Wahyu dan lebih jauh lagi bahwa hanya melalui Misa Kudus kita bisa memahami Kitab wahyu.
            Misa Kudus diawali dan ditutup dengan tanda lahiriah yang kita peragakan dan kita ucapkan yaitu Tanda Salib. Bersamaan dengan membuat tanda ini kita mengucapkan “Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus”, di dalam Tanda Salib ada keselamatan bagi semua orang yang menandainya pada dahi mereka (Why 7:3 dan 14:1).
            Dalam Kitab Suci, ritual membuat Tanda Salib pada dahi sudah berakar sejak zaman Yehezkiel yang berfungsi sebagai perlindungan Ilahi dan ikatan perjanjian dengan Allah (Yeh 9:4).
            Selanjutnya, imam akan mengucapkan “Tuhan bersamamu”. Dalam seluruh Kitab Suci apabila Allah mengutus seseorang untuk sebuah peran yang penting dalam karya keselamatan-Nya, maka Ia akan memberikan jaminan bahwa Ia akan menyertainya. Seperti perutusan Musa untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir (Kel 3:12),  Yosua untuk membawa bangsa Israel memasuki Tanah Terjanji (Yos 1:5), Gideon untuk membela umat Israel dari musuh asing yang kuat (Hak 6:12), Maria menjadi Ibu Tuhan (Luk 1:28) dan para rasul untuk mewartakan Injil ke seluruh dunia (Mat 28:20).
            Tuhan kasihanilah kami (Kyrie Elaison) kita nyanyikan sebagai perwujudan sesal dan tobat kita atas segala dosa dan kelemahan kita. Kita memohon belas kasih dan kemurahan dari Allah Trinitas. Tuhan kasihanilah kami sering muncul baik dalam PL maupun PB seperti (Mzm 6:2, 31:9, 51:3-4, 119:77, 123:3) dan (Mat 9:27, 15:22, 17:15, 20:30-31). PL berulang kali mengajarkan bahwa kemurahan adalah salah satu sifat Allah (Kej 34:6) dan (Yun 4:2).
            Setelah kita nyatakan tobat dan sesal kita, kita nyayikan Kemuliaan (Gloria) yaitu sebuah lagu pujian yang diambil dari nyanyian para malaikat pada saat kelahiran Yesus (Luk 2:14) dilanjutkan dengan gema dari pujian malaikat akan kekuatan Allah yang diambil dari Kitab Wahyu (Why 15:3-4). Jadi saat kita menyanyikan Kemuliaan kita tidak sedang menyanyikan lagu yang biasa-biasa saja, tetapi kita sedang menyanyikan nyanyian para malaikat. Bahkan lebih jauh lagi, kita bergabung dengan paduan suara para malaikat di surga.
            Pada masa Yesus, ibadat Sinagoga Yahudi mencakup pembacaan dari Kitab Suci yang diatur dalam lingkaran tiga tahun. Demikian juga  liturgi sabda, bacaan Kitab Suci diatur dalam lingkaran tiga tahun yang menyajikan empat kelompok besar Kitab Suci : Perjanjian Lama, Mazmur, Surat-surat Perjanjian Baru (Kisah para rasul dan Kitab Wahyu) dan Injil. Dengan demikian orang katolik yang selalu menghadiri  Misa Kudus setiap Minggu mendengarkan hampir seluruh Kitab Suci.
            Selanjutnya kita mendoakan Syahadat. Syahadat Kristiani dibangun atas dasar pemahaman tentang Allah yang Esa yang terdiri dari tiga pribadi : Bapa, Putra dan Roh Kudus. Syahadat menguatkan kita untuk masuk dalam pelayanan doa para kudus di surga.
            Dalam Liturgi Persembahan, kita mempersembahkan diri kita dan segala yang kita punyai. Semua persembahan di atas altar dikuduskan bersama Kristus. Saat imam menuangkan air dan anggur ke dalam piala, oleh misteri ini kita boleh mengambil bagian di dalam keilahian Kristus yang telah merendahkan diri-Nya untuk mengambil bagian dalam kemanusiaan kita. Perpaduan ini melambangkan kesatuan keilahian dan kemanusiaan Kristus.
            Setelah kita berikan persembahan, kita nyanyikan pujian dimana malaikat-malaikat dan orang-orang kudus bernyanyi dihadapan tahta surga yang kita kenal dengan Kudus (Sanctus). Pujian ini berbunyi : “Kudus, Kudus, Kudus”. (Why 4:8 dan Yes 6:2-3).
            Selanjutnya kita sampai pada puncak persembahan Ekaristi, Doa Syukur Agung (Anaphora). Saat imam mengucapkan “ Inilah Tubuh-Ku…..Inilah Piala Darah-Ku, darah perjanjian baru dan kekal’, ia tidak hanya mengucapkan tetapi ia bicara atas nama pribadi Kristus sebagai pemimpin selebran Misa Kudus. Yesus meminta para penerusnya untuk merayakan Misa Kudus ketika Ia berkata “ Perbuatlah ini ….menjadi peringatan akan Aku”. (1 Kor 11:25).
            Setelah Doa Syukur Agung kita doakan Doa Bapa Kami, doa yang diajarkan oleh Yesus sendiri. Selanjutnya kita  memasuki “Ritus Komuni”, dimana dengan komuni kita memperbaharui ikatan hubungan kita dengan keluarga kekal yaitu keluarga Allah dan keluarga Allah di dunia yaitu gereja. Kita menyatukan persatuan kita dengan gereja dalam tanda Salam Damai sebelum kita menghampiri altar (Mat 5:24). Selanjutnya kita doakan “Anak Domba Allah”, mengingatkan kita pada kurban Paskah, kemurahan hati dan damai Paskah baru. Lalu kita menerima Dia di dalam Komuni Kudus. Kita menerima Dia yang kita puji dalam Kemuliaan dan nyatakan dalam Syahadat. Kita menerima Dia yang adalah Perjanjian Baru yang ditunggu-tunggu sepanjang sejarah kemanusiaan. Ekaristi menyatukan kita dengan mahkluk-mahkluk surga dalam perjamuan kawin Anak Domba.
Dari uraian di atas, Dr. Scott Hahn menunjukkan beberapa unsur yang sangat lazim  dalam Misa Kudus ditemukan dalam Kitab Wahyu. Ibadat Minggu (Why 1:10), Seorang Imam Agung (Why 1:13), Sebuah Altar (Why 8:3-4, 11:1, 14:8), Para Imam  (Why 4:4, 11:16, 14:3, 19:4), Busana (Why 1:13, 4:4, 6:11, 7:9, 15:6, 19:13-14), Selibat Kudus ( Why 14:4), Orang-orang yang mengenakan busana putih (4:4), Tabernakel/ Kemah (Why 15:5), Kandil / Menorah (1:12, 2:5), Dupa (Why 5:8, 8:3-5), Piala (15:7, 16:1, 21:9), Tanda Salib (Why 7:3, 14:1, 22:4),Kemuliaan / Gloria (Why 15:3-4), Alleluya (Why 19:1,3,4,6), Angkatlah Hatimu (Why 11:12), Kudus, Kudus, Kudus (Why 4:8), Amin (19:4, 22:21), Anak Domba Allah (Why 5:6), Doa Pengantara Para Malaikat dan Para Kudus ( Why 5:8, 6:9-10, 8:3-4), Nyanyian Antifon (Why 4:8-11, 5:9-14, 7:10-12, 18:1-8), Kontemplasi dalam Keheningan (8:1), Berlutut dihadapan Kristus (Why 1:17, 4:10), Umat Allah melagukan pujian (Why 4:8, 5:9, 14:3, 15:3), Perjanjian Kawin Anak Domba (Why 19:9).
Dengan demikian, Kitab Wahyu hanya dapat dipahami secara tepat apabila dibaca dalam terang liturgi gereja yaitu dalam Misa Kudus yang merupakan pengejawantahan dari surga di atas bumi. Keterkaitan ketiganya adalah merupakan cara Allah menyingkapkan Misteri Ilahi.
 By. Analiswati

Posted by Kasih Yesus on 11:36 AM . Filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0

2010 Kasih Yesus Kristus . All Rights Reserved. - Written by Frans Firdaus