Berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar
Renungan Harian 10:21 AM
"Tetapi
berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar.
Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar
ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin
mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya." (Mat 13:16-17), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi
atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Yoakim dan
St.Anna, orangtua SP Maria, hari ini saya sampaikan catatan-catatan
sederhana sebagai berikut:
· Ada
orangtua calon seminaris di Seminari Mertoyudan, ketika berwawancara
dengan Tim Finansial untuk membicarakan sumbangan bagi anaknya yang
diterima di Seminari Mertoyudan, begitu pelit dan alot untuk memberi
sumbangan, dan memang kesediaan untuk memberi sumbangan akhirnya memang
tidak sesuai dengan kemampuannya. Namun setelah beberapa bulan ketika
seminaris memperoleh kesempatan berlibur ke rumah ada suatu perubahan
yang mengesan. Orangtua sangat terkesan bahwa anaknya yang baru beberapa
bulan di Seminari Mertoyudan telah berubah: rajin, siap sedia membantu
orangtua untuk mencuci pakaiannya sendiri, membersihkan rumah dst.. Dan
dengan rendah hati akhirnya orangtua tersebut datang ke Seminari
Mertoyudan seraya minta maaf dan menyatakan diri akan memberi sumbangan
lebih dari apa yang disanggupkan sebelumnya, bahkan secara nominal
melebihi rata-rata beaya per seminaris per bulan. Benarlah bahwa "melihat dan mendengarkan" sungguh
mempengaruhi cara hidup dan cara bertindak seseorang. Hari ini kita
kenangkan St.Yoakim dan St Anna, orangtua SP Maria; kiranya sebagai
orangtua sungguh bahagia ketika melihat dan mendengar anaknya terpilih
untuk menjadi Bunda Penyelamat Dunia, dengan hamil karena Roh Kudus dan
akan melahirkan Penyelamat Dunia yang dinantikan kedatanganNya oleh
seluruh umat manusia. Pada hari pesta St.Yoakim dan St.Anna hari ini
kami mengingatkan dan mengajak para orangtua untuk mawas diri perihal
sikap terhadap anak-anaknya. Kebahagiaan sejati orangtua terhadap
anak-anaknya hemat saya terletak ketika orangtua melihat dan mendengar
bahwa anak-anaknya tumbuh berkembang sebagai pribadi yang cerdas
beriman, dikasihi oleh Tuhan dan sesamanya. Maka kami berharap para
orangtua sungguh mendidik dan membina anak-anaknya sedemikian rupa
sehingga tumbuh berkembang menjadi pribadi yang cerdas beriman, dan
ketika ada anaknya yang terpanggil khusus untuk menjadi imam, bruder
atau suster, hendaknya didukung dan difasilitasi, tidak dipersulit dan
dihambat.
· "Tetapi
yang berikut ini adalah orang kesayangan, yang kebajikannya tidak
sampai terlupa; semuanya tetap tinggal pada keturunannya sebagai warisan
baik yang berasal dari mereka. Keturunannya tetap setia kepada
perjanjian-perjanjian, dan anak-anak merekapun demikian pula keadaannya.
Keturunan mereka akan tetap tinggal untuk selama-lamanya, dan
kemuliaannya tidak akan dihapus. Dengan tenteram jenazah mereka
ditanamkan, dan nama mereka hidup terus turun-temurun" (Sir
44:10-14). Para orangtua kiranya memiliki dambaan atau harapan bahwa
kelak anak-cucunya maupun keturunannya senantiasa mengenangnya, seperti
santo-santa di lingkungan Gereja Katolik atau para pahlawan bangsa yang
namanya dikenang dengan digunakan sebagai nama jalan, bangunan maupun
taman dst.. Jika anda mendambakan atau mengharapkan yang demikian itu
kami harapkan anda mempersiapkan diri sebaik mungkin sejak sekarang,
sedini mungkin. Salah satu usaha persiapan yang baik adalah orangtua
senantiasa mengasihi anak-anaknya, mendidik dan membinanya sesuai dengan
kehendak Allah. Kehendak Allah bagi umat manusia adalah manusia
senantiasa dalam keadaan baik sebagaimana ketika mereka diciptakan,
sebagai gambar atau citra Allah, sehingga senantiasa dalam keadaan
selamat dan bahagia, terutama jiwa dan hatinya. Kebahagiaan sejati jiwa
dan hati manusia kiranya terletak ketika yang bersangkutan hidup sesuai
dengan panggilan Allah. Maka kami berharap kepada para orangtua agar
mendidik dan membina anak-anaknya dalam dan dengan semangat cintakasih
dan kebebasan sejati, sebagaimana anda berdua menjadi suami-isteri juga
karena cintakasih dan kebebasan sejati. Setiap manusia juga diciptakan
dalam dan dengan cintakasih dan kebebasan sejati, maka akan tumbuh
berkembang dengan baik jika dididik dan dibina dalam dan dengan
cintakasih dan kebebasan sejati. Mau jadi apakah anak nanti setelah
dewasa, berilah kebebasan dan cintakasih untuk memilih dan menentukannya
sesuai dengan kehendak Allah.
"TUHAN
telah menyatakan sumpah setia kepada Daud, Ia tidak akan memungkirinya:
"Seorang anak kandungmu akan Kududukkan di atas takhtamu; Sebab TUHAN
telah memilih Sion, mengingininya menjadi tempat kedudukan-Nya: "Inilah
tempat perhentian-Ku selama-lamanya, di sini Aku hendak diam, sebab Aku
mengingininya." (Mzm 132:11.13-14)
Redaksi : Rm. Ign. Sumarya, SJ
Posted by
Kasih Yesus
on
10:21 AM
.
Filed under
Renungan Harian
.
You can follow any responses to this entry through the
RSS 2.0