Bukan orang sehat yang memerlukan tabib
Renungan Harian 1:09 PM
"Setelah
Yesus pergi dari situ, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di
rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: "Ikutlah Aku." Maka berdirilah
Matius lalu mengikut Dia. Kemudian ketika Yesus makan di rumah Matius,
datanglah banyak pemungut cukai dan orang berdosa dan makan bersama-sama
dengan Dia dan murid-murid-Nya. Pada waktu orang Farisi melihat hal
itu, berkatalah mereka kepada murid-murid Yesus: "Mengapa gurumu makan
bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" Yesus
mendengarnya dan berkata: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib,
tetapi orang sakit. Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini: Yang
Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang
bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." (Mat 9:9-13), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· "Yesuit ialah orang yang mengakui dirinya pendosa, tetapi tahu bahwa dipanggil menjadi sahabat Yesus seperti Ignatius dahulu" demikian
salah satu pernyataan iman para Yesuit yang berkumpul dalam Konggregasi
Jendral SJ ke 32 di Roma. Pengakuan atau pernyataan ini kiranya sesuai
dengan panggilan para Yesuit yang sering menyatakan diri sebagai
sahabat-sahabat Yesus, yang datang untuk memanggil dan mengampuni para
pendosa. Saya berharap kepada semua umat beriman untuk meneladan Yesus,
Tuhan yang datang untuk menyelamatkan orang-orang berdosa dan bukan
menghukumnya. Jika kita mawas diri dengan jujur dan benar kiranya kita
juga akan mengakui dosa-dosa kita yang begitu banyak, namun tidak pernah
diingat atau diperhitungkan oleh Tuhan, melainkan diampuninya. Dengan
kata lain kita semua memiliki pengalaman kasih pengampunan yang melimpah
ruah dari Tuhan, dan selanjutnya kita dipanggil untuk meneruskan kasih
pengampunan tersebut kepada saudara-saudari kita atau sesama kita, tanpa
pandang bulu. Marilah kita sadari juga bahwa selama masa balita kita
sungguh telah menerima kasih pengampunan Tuhan melalui orangtua kita,
khususnya ibu kita masing-masing yang telah mengandung, melahirkan,
menyusui dan mendidik kita dengan penuh kasih penganpunan. Marilah kita
senantiasa berbelas kasih kepada orang-orang berdosa, dan pecayalah jika
orang berdosa dikasihi pasti akan segera bertobat. Orang-orang berdosa
atau bersalah tidak untuk disingkirkan atau dibuang, melainkan harus
diampuni dan diselamatkan, itulah tugas panggilan segenap umat beriman.
· "Terimalah
didikanku, lebih dari pada perak, dan pengetahuan lebih dari pada emas
pilihan.Karena hikmat lebih berharga dari pada permata, apa pun yang
diinginkan orang, tidak dapat menyamainya. Aku, hikmat, tinggal
bersama-sama dengan kecerdasan, dan aku mendapat pengetahuan dan
kebijaksanaan" (Am 8:10-12). "Hikmat lebih berharga daripada permata" itulah
yang hendaknya kita renungkan, hayati dan sebarluaskan. Pendidikan
lebih utama dan penting daripada pengumpulan harta benda/uang maupun
pewarisan harta benda/uang. Kami berharap para orangtua lebih
mengutamakan pendidikan anak-anaknya daripada kepentingan lainnya,
demikian juga pemerintah di tingkat mana pun kami harapkan lebih
mengutamakan pendidikan rakyatnya. Tujuan utama mendidik adalah agar
para peserta didik sungguh berhikmat, berbudi pekerti luhur atau
bermoral alias cerdas secara spiritual. Untuk itu kami harapkan di semua
sekolah atau pendidikan di tingkat mana pun diperlakukan larangan
menyontek baik dalam ulangan atau ujian. Hemat saya kebobrokan moral
atau budi pekerti warganegara atau bangsa kita saat ini karena para
penentu kebijakan hidup bersama tidak memperhatikan pelayanan pendidikan
yang baik, melainkan hanya mengejar kepentingan sendiri untuk menumpuk
kekayaan atau uang dengan melakukan korupsi. Membiasakan menyontek di
kalangan peserta didik atau mahasiswa merupakan pendidikan
korupsi di sekolah-sekolah. Korupsi berarti pembusukan linkungan hidup
dan dengan demikian lingkungan hidup yang telah dicemari oleh para
koruptor tidak sedap lagi. Cukup menarik bahwa ada oknum Departemen
Agama yang juga anggota DPR melakukan korupsi dalam proyek mencetak
kitab suci Al Qur'an, hal senada juga dapat terjadi dalam bentuk
penyelewengan penggunaan harta benda atau uang di lingkungan tokoh atau
pemuka Gereja Katolik. Jika kita tidak beres dalam hal pengurusan harta
benda atau uang berarti kita juga tak akan beres perihal hidup kita,
dengan kata lain kita tak berhikmat. Akhirnya kami berharap kepada para
orangtua untuk dengan sungguh-sungguh mengutamakan pendidikan
anak-anaknya agar tumbuh berkembang menjadi pribadi yang berhikmat,
berbudi pekerti luhur atau bermoral.
"Berbahagialah
orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari Dia
dengan segenap hati. Dengan segenap hatiku aku mencari Engkau, janganlah
biarkan aku menyimpang dari perintah-perintah-Mu" (Mzm 119:2.10)
Redaksi ; Rm. Ign Sumarya, SJ
Posted by
Kasih Yesus
on
1:09 PM
.
Filed under
Renungan Harian
.
You can follow any responses to this entry through the
RSS 2.0