Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!
Renungan Harian 10:28 AM
Jika
ada orang meninggal dunia pada umumnya keluarga yang bersangkutan
maupun tetangga-tetangganya sibuk, bahkan ada yang ribut dan menangis.
Memang secara manusia ketika ada salah satu saudara atau saudari kita
meninggal dunia pada umumnya kita juga langsung sedih dan menangis,
namun demikian hendaknya secara imani kita tidak perlu sedih dan
menangis, bukankah mati berarti 'dipanggil Tuhan'? Artinya yang
bersangkutan hidup mulia kembali di sorga bersama dengan Tuhan, dan
dengan demikian kita memiliki saudara atau saudari di sorga, yang
senantiasa mendoakan kita selama masih harus hidup dan berjuang di dunia
ini dengan penuh tantangan, hambatan dan masalah. Maka marilah kita
renungkan sabda Yesus hari ini.
"Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!" (Mrk 5:39)
Hidup
atau mati adalah milik Tuhan, maka mati dan hidup kita sungguh
tergantung dari Tuhan. Tuhanlah yang menciptakan kita serta
menganugerahi aneka macam kebutuhan untuk hidup kita, dan Tuhan juga
yang berkuasa untuk memanggil kita alias menentukan kematian kita. Maka
sebenarnya jika selama hidup di dunia ini kita senantiasa hidup bersama
dan bersatu dengan Tuhan, baik kita sendiri ketika akan dipanggil Tuhan
maupun saudara-saudari kita dipanggil Tuhan kita tidak perlu sedih dan
menangis. Sebagaimana selama hidup di dunia senantiasa mempersembahkan
diri seutuhnya kepada Tuhan, maka ketika dipanggil Tuhan juga akan
bersatu dan bersama dengan Tuhan secara personal tanpa dihambat oleh
keingingan atau nafsu-nafsu manusiawi sedikitpun.
Baiklah
kata 'tertidur' dalam sabda Yesus di atas juga kita fahami dan hayati
sebagai lesu, lemah dan tak berdaya alias tak bergairah untuk hidup.
Sebagai orang beriman kepada Yesus Kristus, marilah kita bangkitkan
mereka yang lesu, lemah dan tak bergairah untuk hidup. Mereka yang
merasa lesu, lemah dan tak bergairah untuk hidup pada umumnya terlalu
berpikir negatif, baik terhadap dirinya sendiri maupun
saudara-saudarinya, maka salah satu cara membangkitkannya tidak lain
adalah dengan mengangkat hal-hal positif yang ada dalam diri orang yang
bersangkutan maupun dalam diri saudara-saudarinya. Kami percaya dalam
diri kita masing-masing akan lebih banyak apa yang positif daripada apa
yang negatif.
Kita
juga dapat meneladan Yairus yang dengan rendah hati dan penuh iman
mohon kepada Yesus untuk membangkitkan anak perempuannya yang telah
meninggal dunia. Tentu seja sekali lagi mati kita hayati sebagai putus
asa atau marah, dimana secara manusiawi tak mungkin kita ajak untuk
bertobat atau memperbaharui diri, maka baiklah dengan rendah hati dan
penyerahan diri kita menghadap Tuhan mendoakan orang yang bersangkutan.
Doa-berdoa merupakan salah satu cirikhas orang hidup beriman atau
beragama, dan tentu saja kita sungguh berdoa dan tidak hanya formal
belaka, artinya seraya mendoakannya hendaknya kita senantiasa berpikiran
positif terhadap yang bersangkutan dan tidak pernah melecehkan atau
merendahkannya.
Mungkin
baik juga saya angkat hal 'ribut-ribut'. Ribut-ribut pada umumnya
membuat lingkungan hidup kacau atau amburadul, karena ada kemungkinan
banyak orang juga ikut rebut-ribut. Orang yang mudah ribut-ribut
biasanya yang bersangkutan merasa terancam atau kurang diperhatikan dan
melakukan keributan untuk menutupi ketakutannya atau minta
diperhatikan, maka baiklah kita perhatikan secara konkret, antara lain
ditemani dalam dan dengan kasih maupun kerendahan hati alias mau boros
waktu dan tenaga bagi mereka dengan duduk bersama-sama. Coba perihal
rebut-ribut direfleksikan juga dengan 'angin ribut' yang memang sungguh
memporak-porandakan lingkungan hidup, maka orang rebut-ribut memang
merusak kehidupan bersama. Baiklah sabda Yesus yang mempertanyakan
mengapa ribut dan menangis kita tanggapi secara jujur.
"Sebab
kamu dibebani bukanlah supaya orang-orang lain mendapat keringanan,
tetapi supaya ada keseimbangan. Maka hendaklah sekarang ini kelebihan
kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian
mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan. Seperti ada
tertulis: "Orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang
yang mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan." (2Kor 8:13-15)
"Supaya ada keseimbangan" inilah
ajakan Paulus kepada umat di Korintus yang sebaiknya kita renungkan
atau refleksikan. Ajakan itu dapat digabungkan dengan kutipan yang
diangkat oleh Paulus bahwa "Orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan". Kutipan
yang diangkat Paulus ini hemat saya sungguh merupakan kebenaran
konkret: perhatikan saja apa yang terjadi yaitu orang-orang yang kaya
raya semakin kaya karena keserakahannya dan meskipun demikian juga
merasa kurang terus, sedangkan orang miskin menerima apa adanya.
Kita
semua diingatkan untuk menjaga keseimbangan dalam berbagai hal, artinya
tidak terlalu banyak perbedaan antar kita, sehingga dapat menimbulkan
kecurigaan, irihati atau kesalah-fahaman yang dapat membawa ke aneka
macam keributan. Selama masih ada jurang yang dalam dan lebar antara
yang kaya dan yang miskin, yang pandai/cerdas dan yang bodoh, dst..
memang kehidupan bersama dapat terganggu. Jurang dalam dan lebar dapat
disebabkan oleh keserakahan dari mereka yang berkelebihan atau
sebaliknya oleh kemalasan dari mereka yang berkekurangan. Mengingat dan
memperhatikan kehidupan bersama yang damai, tentram dan sejahtera
menjadi idaman atau dambaan kita semu, maka marilah kita saling membuka
diri untuk bergotong-royong atau bekerjasama dalam aneka hal kebutuhan
hidup bersama. Marilah kita sadari dan hayati bahwa masing-masing dari
kita adalah buah atau korban kerjasama, dapat hidup dan tumbuh
berkembang sebagaimana adanya pada saat ini hanya karena dan oleh
kerjasama.
Kita
semua diharapkan hidup dan bertindak sederhana, tidak berfoya-foya atau
memboroskan harta benda dan uang seenaknya. Dalam kesederhanaan kita
dapat bergembira dan kiranya juga dijauhka dari aneka perilaku yang
dengan cepat dapat mematikan kita. Maka selanjutnya marilah kita
renungkan apa yang dikatakan oleh Kitab Kebijaksanaan ini.
"Memang
maut tidak dibuat oleh Allah, dan Iapun tak bergembira karena yang
hidup musnah lenyap. Sebaliknya Ia menciptakan segala-galanya supaya
ada, dan supaya makhluk-makhluk jagat menyelamatkan. Di antaranyapun
tidak ada racun yang membinasakan, dan dunia orang mati tidak merajai
bumi. Maka kesucian mesti baka." (Keb 1:13-15). Maut disini baiklah
kita hayati sebagai yang loyo atau putus asa, yang pada umumnya karena
keterbatasan manusia. Allah menghendaki kita semua agar tetap gembira
dan bergairah, maka marilah kita yang beriman kepada Allah senantiasa
mengusahakan untuk tetap gembira dan bergairah. Allah hidup dan bekarya
terus-menerus siang malam tanpa kenal waktu dan tempat, maka dalam
kondisi dan situasi apapun marilah kita imani karya dan pendampingan
Allah yang tak pernah melupakan kita sedikitpun
"Aku
akan memuji Engkau, ya TUHAN, sebab Engkau telah menarik aku ke atas,
dan tidak memberi musuh-musuhku bersukacita atas aku. TUHAN, Allahku,
kepada-Mu aku berteriak minta tolong, dan Engkau telah menyembuhkan aku.
TUHAN, Engkau mengangkat aku dari dunia orang mati, Engkau menghidupkan
aku di antara mereka yang turun ke liang kubur. Nyanyikanlah mazmur
bagi TUHAN, hai orang-orang yang dikasihi-Nya, dan persembahkanlah
syukur kepada nama-Nya yang kudus! Sebab sesaat saja Ia murka, tetapi
seumur hidup Ia murah hati; sepanjang malam ada tangisan, menjelang pagi
terdengar sorak-sorai "
(Mzm 30:2-6).
Posted by
Kasih Yesus
on
10:28 AM
.
Filed under
Renungan Harian
.
You can follow any responses to this entry through the
RSS 2.0