Yesus Menyembuhkan Orang Bisu
Renungan Harian 9:20 AM
Sedang
kedua orang buta itu keluar, dibawalah kepada Yesus seorang bisu yang
kerasukan setan. Dan setelah setan itu diusir, dapatlah orang bisu itu
berkata-kata. Maka heranlah orang banyak, katanya: "Yang demikian belum
pernah dilihat orang di Israel." Tetapi orang Farisi berkata: "Dengan
kuasa penghulu setan Ia mengusir setan." Demikianlah Yesus berkeliling
ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan
memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan
kelemahan. Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas
kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba
yang tidak bergembala. Maka kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Tuaian
memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan
yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian
itu.(Mat 9:32-38), demikian kutipan Warta Gembira hari ini Berrefleksi
atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana
sebagai berikut:
Jumlah
umat terus bertambah namun jumlah imam atau pastor semakin berkurang,
entah karena yang telah menjadi imam atau pastor mengundurkan diri
maupun pendaftar yang masuk ke seminari juga semakin berkurang.
Sekiranya pendaftar yang masuk seminari banyakpun karena pencerahan
selama pendampingan di seminari akhirnya cukup banyak yang menemukan
panggilan sejatinya dan akhirnya mengundurkan diri dari seminari. Yang
cukup memprihatinkan juga pada masa kini yang masuk ke seminari
kecerdasan intelektualnya pas-pasan, sedangkan mereka yang cerdas
secara intelektual tidak tergerak untuk ke seminari. Memang yang
terpanggil adalah mereka yang mungkin sederhana dan miskin, secara
intelektual dan finansial, tetapi unggul dalam hal kepribadian dan
kecerdasan spiritual. Maka sesuai dengan sabda Yesus hari ini marilah
kita berdoa agar Tuhan menyentuh dan memanggil anak-anak dan generasi
muda untuk menanggapi panggilan menjadi imam, bruder dan suster. Dan
tentu saja kami berharap kepada para orangtua untuk menjadikan hidup
berkeluarga sebagai tempat penyemaian benih-benih panggilan, antara
lain di dalam keluarga dibiasakan berdoa bersama, saling mendoakan dan
anak-anak dididik atau dibina dalam hal kepekaan sosial. Jika ada
anaknya yang terbaik terpanggil untuk menjadi imam, bruder atau suster
hendaknya orangtua dengan suka hati dan penuh syukur mengijinkan dan
mendukungnya. Kami juga mengharapkan partisipasi seluruh umat Allah
untuk berdoa pagi suburnya panggilan imam, bruder dan suster serta
membantu pembeayaan pendidikan di seminari dengan menyumbangkan sebagian
harta atau uangnya bagi seminari. Sedangkan rekan-rekan imam, bruder
dan suster kami harapkan dapat menjadi saksi penghayatan panggilan,
sehingga cara hidup dan cara bertindaknya memikat dan menarik anak-anak
dan generasi muda untuk mengikutinya.
Mereka
mencintai korban sembelihan; mereka mempersembahkan daging dan
memakannya; tetapi TUHAN tidak berkenan kepada mereka. Sekarang Ia akan
mengingat kesalahan mereka dan akan menghukum dosa mereka; mereka
harus kembali ke Mesir! (Hos 8:13). Apa yang
tertulis ini rasanya pada masa kini juga masih marak terjadi, yaitu
orang dengan seenaknya berpesta pora dan melupakan hidup doa maupun
hidup beriman. Maka tidak mengherankan bahwa hidup bersama sungguh
telah rusak dan banyak orang bersikap mental materialistis serta egois.
Hal yang demikian tentu saja membuat orang-orang baik dan sosial
semakin berkurang, dan benarlah apa yang disabdakan Yesus bahwa pekerja
hanya sedikit.Kepada mereka yang bersikap mental materialistis serta
egois kami ajak untuk bertobat dan memperbaharui diri, tak ada kata
terlambat untuk bertobat serta memperbaharui diri. Kegagalan anda dalam
hidup, pekerjaan maupun tugas pengutusan terjadi karena sikap mental
materialistis maupun egois. Marilah kita hidup dan bekerja sesuai dengan
kehendak Tuhan, yaitu dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal
budi dan segenap kekuatan atau tenaga. Dengan kata lain kita harus
mengorbankan diri kita, bukan orang lain, binatang atau harta benda.
Kita nikmati hidup dan pekerjaan dengan gembira dan ceria, karena
dengan kegembiraan dan keceriaan kita pasti akan lebih berhasil atau
sukses. Yang penting adalah hidup dan bekerja dengan sebaik mungkin,
sedangkan perihal hasil atau imbal jasa biarlah kita serahkan kepada
Penyelenggaraan Ilahi melalui mereka yang baik hati. Hidup sebaik
mungkin agar terampil hidup, belajar atau bekerja sebaik mungkin agar
terampil belajar atau bekerja itulah yang hendaknya kita usahakan atau
upayakan bersama-sama.
Allah
kita di sorga; Ia melakukan apa yang dikehendaki-Nya! Berhala-berhala
mereka adalah perak dan emas, buatan tangan manusia, mempunyai mulut,
tetapi tidak dapat berkata-kata, mempunyai mata, tetapi tidak dapat
melihat, mempunyai telinga, tetapi tidak dapat mendengar, mempunyai
hidung, tetapi tidak dapat mencium, mempunyai tangan, tetapi tidak
dapat meraba-raba, mempunyai kaki, tetapi tidak dapat berjalan, dan
tidak dapat memberi suara dengan kerongkongannya. Seperti itulah jadinya
orang-orang yang membuatnya, dan semua orang yang percaya kepadanya. (Mzm 115:3-8)
Redaksi : Rm. Ign. Sumarya, SJ
Posted by
Kasih Yesus
on
9:20 AM
.
Filed under
Renungan Harian
.
You can follow any responses to this entry through the
RSS 2.0