Barangsiapa mendengarkan kamu ia mendengarkan Aku
Renungan Harian 10:07 AM
(Sir 17:1-15; Mrk 10:13-16)
"Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. Akan
tetapi pada waktu penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu. Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku." (Mrk 10:13-16), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
"Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung. Akan
tetapi pada waktu penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu. Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku." (Mrk 10:13-16), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
'Mendengarkan' memang merupakan keutamaan penting sekali dalam pertumbuhan dan perkembangan kepribadian seseorang menuju ke kedewasaan sejati, tumbuh berkembang sebagai pribadi yang cerdas beriman. Hari ini kebetulan hari raya Waisak, dimana rekan-rekan yang beragama Budha sebagai kenangan Sidharta yang karena pencerahan dari Yang Ilahi dianugerahi gelar Sang Budha. Konon ketika ia meninggal dunia dalam usia 80 tahun semua makhluk di bumi ini melayatnya, sebagai bukti bahwa Sidharta sungguh mencintai alam raya seisinya ini.
Maka ia dapat menjadi teladan atau panutan bagi siapapun yang ingin hidup saling mengasihi serta mengasihi semua makluk atau ciptaan Allah di dunia ini. Agar kita dapat mengasihi dengan baik dan benar, hemat saya pertama-tama kita perlu 'mendengarkan' suka-duka dari yang akan kita kasihi, sehingga apa yang akan kita lakukan atau katakan sesuai dengan kebutuhannya serta menyelamatkan dan membahagiakan mereka yang kita kasihi. Marilah kita saling mendengarkan satu sama lain, dan kita imani apa yang disuarakan oleh manusia, saudara-saudari kita maupun ciptaan lain di bumi ini merupakan tanda kehidupan yang dianugerahkan oleh Yang Ilahi. Kerusakan lingkungan hidup di bumi ini terjadi karena orang tidak memperhatikan atau mengasihi ciptaan-ciptaan Allah di bumi ini, kurang atau tidak merawat dengan baik ciptaan-ciptaanNya. Yang butuh atau perlu diperhatikan dan dikasihi alias didengarkan tidak hanya manusia saja, binatang maupun tanaman butuh dikasihi dan diperhatikan juga agar tumbuh berkembang sesuai dengan kehendak Yang Ilahi. Jika kita mampu mengasihi, merawat dan mengurus tanaman dengan baik kiranya juga akan dengan mudah mengasihi, merawat atau mengurus orang/manusia alias membina dan mendidik anak-anak atau generasi muda.
"Tuhan telah mengaruniai manusia pengetahuan lagi dengan memberi mereka hukum kehidupan menjadi milik pusaka.Perjanjian kekal diikat-Nya dengan mereka, dan segala hukum-Nya dipermaklumkan-Nya kepadanya.Mata mereka telah melihat kemuliaan Tuhan yang agung, dan suara-Nya yang dahsyat telah didengar telinga mereka. Ia berkata kepada mereka: "Jauhilah setiap kelaliman," dan masing-masing diberi-Nya perintah mengenai sesamanya.Langkah laku manusia selalu terbentang di hadapan Tuhan, dan tak tersembunyi bagi mata-Nya." (Sir 17:11-15). Kita telah dianugerahi 'hukum kehidupan menjadi milik pusaka', maka marilah kita senantiasa mengembangkan dan memperdalam budaya hidup dimana pun berada atau kemana pun kita pergi. Ingatlah dan sadari apapun yang kita lakukan dan katakan senantiasa dilihat dan diketahui oleh Tuhan, maka jika kita sungguh beriman kepadaNya marilah kita sungguh mengembangkan dan memperdalam budaya hidup. Hendaknya apapun yang kita katakan atau lakukan senantiasa menghidupkan dan menggairahkan semau ciptaanNya di bumi ini, tentu saja pertama-tama dan terutama adalah manusia yang diciptakan sesuai dengan gambar atau citraNya. Berbudaya hidup berarti tidak pernah melukai atau mencelakakan orang lain sekecil atau sesedikitpun. Marilah kita sadari dan hayati bahwa kita diciptakan untuk memuji, memuliakan, menghornati serta mengabdi Tuhan, dan hal ini harus kita wujudkan terhadap saudara-saudari kita, sehingga kita semua hidup saling memuji, memuliakan, menghormati dan mengabdi. Dengan kata lain hendaknya kita senantiasa menjunjung tinggi harkat martabat manusia, dimana ada pelecehan terhadap harkat martabat manusia hendaknya segera ditumpas. Memang pertama-tama semoga di dalam keluarga tidak ada pelecehan harkat martabat manusia, maklum saya sering mendengarkan bahwa ada kekerasan relasi antar suami-isteri, dan juga ada pasangan hanya diperlakukan sebagai budak pemuasan seks saja.
"Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia. Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu. Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput, seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga; apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi ia, dan tempatnya tidak mengenalnya
lagi" (Mzm 103:13-16)
Redaksi : Rm. Ign. Sumarya, SJ
Posted by
Kasih Yesus
on
10:07 AM
.
Filed under
Renungan Harian
.
You can follow any responses to this entry through the
RSS 2.0