Metode Sharing Kitab Suci : REVIVING BIBLE

METODE : REVIVING BIBLE
Menghidupkan Kembali Alkitab

A.   LATAR BELAKANG METODE
Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa manusia bisa mengerti pembelajaran hanya 10% dari mendengar akan tetapi akan mengerti 80% dari melihat visualisasi serta pengalaman, oleh karena itu metode sharing ini dikembangkan agar setiap peserta kelompok dapat mengerti secara jelas maksud dan arti perikop Kitab Suci. Metode ini dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok kecil dan kelompok besar.

B.    TUJUAN
  • Agar peserta dapat memandang kisah dalam Kitab Suci dari sudut pandang pelaku yang terlibat dalam kisah tersebut, sehingga kisah tersebut  seakan-akan sedang berlangsung/ terjadi sekarang.
  • Agar peserta dapat belajar dari karakter tokoh-tokoh dalam Kitab Suci, sebagai dasar untuk pengembangan karakter pribadi.

C.    PESERTA
  • Umum, usia remaja-dewasa.
  • Metode ini dapat diterapkan pada semua orang yang sekurang-kurangnya sudah pernah mengetahui kisah-kisah populer dalam kitab suci.
  • Jumlah peserta dalam satu kelompok kecil adalah sebanyak 6-8 orang, tidak termasuk satu orang fasilitator.
  • Jumlah peserta dalam kelompok besar adalah 10 kelompok (60-80 orang), tidak termasuk fasilitator.

D.    PROSEDUR :
Fasilitator Utama menjelaskan tata cara dan aturan main dalam sharing kelompok  yaitu Kelompok Besar (60-80 orang) dan Kelompok Kecil (6-8 orang) yaitu sbb:

KELOMPOK KECIL (6-8 orang)
  • Doa pembukaan untuk mengundang Roh Kudus dalam kelompok ini, dipimpin oleh fasilitator.
  • Teks pilihan dari kitab suci dibaca oleh fasilitator sebanyak satu kali kemudian fasilitator menerangkan situasi dalam perikop yaitu lokasi tempat, suasana saat itu, tokoh-tokoh yang terlibat,  topik kejadian dsb.  
  • Teks dibaca secara pribadi oleh peserta untuk memahami garis besar kisah yang dipilih, sambil memilih tokoh  yang berkesan bagi dirinya (berkesan = memiliki karakter yang mirip tokoh tersebut/ mengalami hal yang serupa dengan tokoh tersebut/ memiliki pengalaman berkesan dengan orang yang memiliki karakter mirip tokoh tersebut, dsb).
  • Fasilitator memberikan pertanyaan kepada peserta tentang situasi kondisi yang terjadi, perkataan/tanggapan setiap tokoh, peran Yesus, hasil/kejadian dalam perikop sehingga setiap peserta :
a.    Mengisahkan kembali kisah tersebut dari sudut pandang tokoh yang dipilihnya.
b.    Mensharingkan apa yang ia rasakan, dengar, dan lihat sebagai tokoh dalam kisah tersebut.
c.    Bagaimana karakter tokoh itu?
d.   Jika dibandingkan antara karakter tokoh itu dengan karakter dirinya sendiri, maka karakter apa yang harus ia kembangkan atau ia hilangkan dalam dirinya?
e.    Menyebutkan komitmennya untuk menjadi pribadi yang lebih baik di waktu yang akan datang.
(Note.  Fasilitator membuat catatan kecil siapa yang paling cocok untuk memerankan tokoh tersebut dalam sebuah drama singkat).

  • Ciptakan suasana hening agar peserta dapat meresapkan imajinasinya. Juga agar dapat merenungkan dan membandingkan karakter tokoh yang dipilihnya dengan karakter dirinya sendiri. Saat hening ini juga memberi kesempatan bagi peserta untuk mengekspresikan perasaannya secara pribadi dalam kertas/buku tulis masing-masing.
  • Setelah seluruh peserta dapat mengerti benar dan mampu  memvisualisasikan kejadian dalam perikop dalam diskusi dan  pikiran masing-masing maka selanjutnya fasilitator memilih setiap peserta untuk memerankan tokoh tersebut dalam sebuah drama singkat.
  • Para peserta yang terpilih memerankan tokoh tersebut secara mendalam dan menghayati perannya sehingga situasi dalam alkitab menjadi hadir kembali (hidup) saat sekarang ini. Peserta yang tidak mendapatkan peran bisa memperhatikan drama tersebut sambil berdoa, tetapi fasilitator memaksimalkan agar setiap peserta dalam kelompok kecil ini memainkan perannya masing-masing.
  • Waktunya setiap peserta yang terpilih untuk akting  memperagakan dalam sebuah drama singkat tentang situasi dalam perikop tersebut. Diusahakan menghidupkan kembali situasi dalam perikop tersebut dalam ekspresi nyata  (tertawa, menangis, tekejut, sakit, sehat dsb.)
  • Setelah selesai maka fasilitator menutup dengan DOA.

KELOMPOK BESAR (60-80 orang)
Pemimpin Fasilitator memilih 2-3 kelompok yang terbaik utnuk menunjukkan kebolehannya dalam berakting dalam kelompok besar sehingga seluruh peserta besar memahami secara lebih detail dari perikop Kitab Suci.

E.   BACAAN YANG COCOK
Bacaan yang cocok untuk metode ini adalah bacaan/ perikop Kitab Suci dengan jenis sastra prosa naratif (berbentuk cerita), baik kisah-kisah, maupun perumpamaan, dengan jumlah tokoh (manusia) yang terlibat lebih dari dua orang. Sebisa mungkin ada tokoh antagonis dan protagonis. Bacaan tersebut sebaiknya memiliki puncak (klimaks) dalam alurnya.
Contoh bacaan yang sesuai :
·         Kej 33:1-11 (Yakub berbaik kembali dengan Esau)
·         1 Sam 17:40-54 (Perkelahian Daud dengan Goliat)
·         1 Sam 16:1-13 (Daud diurapi menjadi raja)
·         Rut 1:1-22 (Rut dan Naomi)
·         Mat 10:1-13 (Yesus memanggil keduabelas rasul)
·         Mrk 5:21-43 (Anak kepala rumah ibadat, perempuan yang sakit pendarahan)
·         Luk 15:11-32 (Perumpamaan tentang anak yang hilang)
·         Luk 23:33-43 (Yesus disalibkan)
·         Yoh 6:16-21 (Yesus berjalan di atas air)
·         Luk 19:1-10 (Zakheus)
·         Mrk 2:1-12 (Orang lumpuh disembuhkan)
·         Yoh 9:1-40 (Orang yang buta sejak lahirnya)


F.    ANALISIS
Ø  Kelebihan :
·         Dengan metode ini, seseorang dapat melihat suatu kisah dari sudut pandang yang berbeda, sehingga memberikan pemahaman baru tentang kisah tersebut.
·         Setiap peserta dapat bercermin dari karakter para tokoh dalam kisah, dan diharapkan dapat mengambil hal positif dari tokoh tersebut dan membuang yang negatif, sehingga akhirnya dapat berkomitmen untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
·         Dengan menggunakan teks bacaan tanpa pembagian ayat (manuscript), peserta dapat melihat bacaan dengan cara baru, dan bisa menggali lebih banyak dari teks tersebut.

Ø  Kekurangan :
·         Kecenderungan peserta untuk memilih tokoh protagonis, atau tokoh yang paling mudah dianalisa karakternya. Mungkin terjadi seluruh peserta memilih tokoh yang sama dan sharing yang dikemukakan hampir sama dan tidak terlalu berkembang.
·         Bagi peserta yang tidak suka bicara (introvert) mungkin hanya akan menyampaikan sharing yang sangat singkat. Fasilitator perlu menyiapkan pertanyaan “pancingan”, agar peserta tersebut bisa berbicara lebih banyak.
Peserta akan merasa malu/minder/tidak mampu memerankan tokoh dalam sebuah drama singkat. Fasilitator perlu memberikan dorongan dan semangat untuk memerankan acting tersebut.



SELAMAT MENCOBA...?!

Posted by Kasih Yesus on 4:09 AM . Filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0

Breaking News

2010 Kasih Yesus Kristus . All Rights Reserved. - Written by Frans Firdaus