Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan
Renungan Harian 1:47 PM
"Pada
waktu itu, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum. Karena
lapar, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya. Melihat itu,
berkatalah orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihatlah, murid-murid-Mu
berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat." Tetapi jawab
Yesus kepada mereka: "Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan Daud, ketika
ia dan mereka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk ke dalam
Rumah Allah dan bagaimana mereka makan roti sajian yang tidak boleh
dimakan, baik olehnya maupun oleh mereka yang mengikutinya, kecuali oleh
imam-imam? Atau tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada
hari-hari Sabat, imam-imam melanggar hukum Sabat di dalam Bait Allah,
namun tidak bersalah? Aku berkata kepadamu: Di sini ada yang melebihi
Bait Allah.Jika memang kamu mengerti maksud firman ini: Yang Kukehendaki
ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum
orang yang tidak bersalah. Karena Anak Manusia adalah Tuhan atas hari
Sabat."(Mat 12:1-8), demikian kutipan Warta Gembira hari ini
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
· Semua
peraturan atau tata tertib dibuat dan diundangkan demi dan untuk
cintakasih, dibuat berdasarkan cintakasih dan diundangkan agar mereka
yang melaksanakan hidup saling mengasihi. Maka hendaknya senantiasa
mensikapi serta melaksanakan aneka peraturan dan tata tertib dengan atau
dalam semangat cintakasih. Aneka peraturan dan tata tertib merupakan
buah hasil kompromi dari aneka masukan, pendapat dan harapan, yang
berbeda satu sama lain, maka dapat diduga bahwa aneka peraturan atau
tata tertib begitu umum, dan sering mendua sehingga dalam kenyataan
menimbulkan masalah. Dengan kata lain aneka peraturan atau tata tertib
yang tertulis memang serba terbatas jika dibandingkan dengan hukum utama
cintakasih. Jika dalam kenyataan hidup dan kerja sehari-hari muncul
masalah atau ketegangan, hendaknya ditangani atau dibijaki dengan dan
dalam cintakasih, dan memang ada kemungkinan kebijakan yang muncul
kelihatan melanggar peraturan atau tata tertib, karena cinta kasih
memang mengatasi atau mendasari aneka peraturan atau tata tertib. Cinta
bijaksana atau belas kasih itulah yang hendaknya kita perdalam dan
perkembangkan serta hayati dalam cara hidup dan cara bertindak kita
setiap hari dimana pun dan kapan pun. Senada dengan cinta bijaksana atau
belas kasih atau keselamatan jiwa, maksudnya keselamatan jiwa hendaknya
menjadi barometer atau tolok ukur keberhasilan dan kesuksesan cara
hidup dan kerja kita. Semakin banyak jiwa manusia diselamatkan berarti
hidup dan kerja kita semakin sukses sesuai dengan kehendak Tuhan.
· "Ah
TUHAN, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapan-Mu dengan
setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik
di mata-Mu" (Yes 38:3), demikian doa raja Hiskia setelah mendengar
bahwa ia akan segera meninnggal dunia. Doanya didengarkan oleh Tuhan dan
kemudian ia menerima anugerah umur lebih panjang lagi, selama lima
belas tahun lagi. Dalam kenyataan hidup sehari-hari kita sering
menyaksikan bahwa orang-orang baik, setia dan tulus hati cepat-cepat
dipanggil Tuhan, sedangkan orang-orang jahat lebih berumur panjang. Kita
semua tahu bahwa tambah umur dan tambah pengalaman pasti juga tambah
dosa-dosanya. Kita semua dipanggil untuk meneladan Hiskia, entah
dianugerahi umur pendek atau umur panjang, hendaknya kita hidup "dengan setia dan dengan tulus dan melakukan apa yang baik di mata Tuhan". Apapun
tugas atau pekerjaan kita marilah kita senantiasa berusaha untuk
melakukan apa yang baik dengan tulus dan setia, bukan pura-pura atau
permainan sandiwara. Memang perilaku murni atau asli sungguh berbeda
dengan yang pura-pura atau sandiwara, dan dalam kenyataan akan kelihatan
atau terasa. Salah satu tindakan yang sering bersifat sandiwara atau
pura-pura adalah memberi sumbangan atau derma: ada orang atau kelompok
memberi sumbangan atau derma bukan dari ketulusan hatinya untuk
membantu, melainkam merupakan buah kelicikannya untuk kepentingan
pribadi atau kelompoknya. Membantu orang lain bukan tujuan membantu,
melainkan ada pamrih lain demi kepentingan pribadi atau kelompoknya.
Kami berharap entah pribadi atau kelompok untuk menjauhkan diri dari
tindakan memberi sumbangan atau derma dengan pamrih, tidak tulus iklas.
"Aku
ini berkata: Dalam pertengahan umurku aku harus pergi, ke pintu gerbang
dunia orang mati aku dipanggil untuk selebihnya dari hidupku. Aku
berkata: aku tidak akan melihat TUHAN lagi di negeri orang-orang yang
hidup; aku tidak akan melihat seorang pun lagi di antara penduduk
dunia.Pondok kediamanku dibongkar dan dibuka seperti kemah gembala;
seperti tukang tenun menggulung tenunannya aku mengakhiri hidupku" (Yes 38:10-12)
Redaksi : Rm. Ign. Sumarya, SJ
Posted by
Kasih Yesus
on
1:47 PM
.
Filed under
Renungan Harian
.
You can follow any responses to this entry through the
RSS 2.0