Dari mana diperolehNya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat itu?
Renungan Harian 7:49 AM
" Setibanya
di tempat asal-Nya, Yesus mengajar orang-orang di situ di rumah ibadat
mereka. Maka takjublah mereka dan berkata: "Dari mana diperoleh-Nya
hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat-mujizat itu? Bukankah Ia
ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan
saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Dan bukankah
saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana
diperoleh-Nya semuanya itu?" Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka
Yesus berkata kepada mereka: "Seorang nabi dihormati di mana-mana,
kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya." Dan karena
ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mujizat diadakan-Nya di situ" (Mat 13:54-58), demikian kutipan Warta Gembira hari ini.
Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:
Heran
dan kagum sering kita alami ketika melihat atau mengalami sesuatu yang
baru dan luar biasa. Namun pada umumnya orang akan lebih mengagumi
pembaharuan dan kehebatan orang lain yang jauh daripada mereka yang
dekat. Maklum terhadap mereka yang dekat, hidup dan bekerja bersama
sehari-hari pada umumnya orang begitu mengenal kelemahannya, melebihi
kekuatan atau kehebatannya. Maka ketika ada sesuatu yang baru dan luar
biasa yang terjadi atau dilakukan oleh saudara-saudarinya yang dekat
pada umumnya orang heran dan curiga, sebagaimana dihayati oleh
orang-orang Nazaret terhadap Yesus. Menanggapi keheranan dan kecurigaan
orang-orang Nazaret Yesus berkata bahwa "Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya". Kami
harapkan kita semua saling menghargai dan menjujung tinggi kekuatan,
anugerah, bakat, keterampilan saudara-saudari kita yang setiap hari
hidup atau bekerjasama dengan kita, yang kemudian menghasilkan aneka
pembaharuan maupun hikmat atau mujizat. Tentu saja pertama-tama kami
berharap hal ini terjadi di antara suami-isteri maupun kakak-adik di
dalam keluarga. Dalam kenyataan dapat kita lihat dan saksikan bahwa
tokoh-tokoh hidup beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang
penuh hikmat pada umumnya berasal dari keluarga-keluarga miskin dan
sederhana, karena mereka terbiasa dalam hidup sehari-hari harus
menderita menghadapi aneka tantangan, masalah dan hambatan, yamg mereka
hayati sebagai wahana membina dan mendidik dirinya.
· "Beginilah
firman TUHAN: Jika kamu tidak mau mendengarkan Aku, tidak mau mengikuti
Taurat-Ku yang telah Kubentangkan di hadapanmu, dan tidak mau
mendengarkan perkataan hamba-hamba-Ku, para nabi, yang terus-menerus
Kuutus kepadamu, -- tetapi kamu tidak mau mendengarkan -- maka Aku akan
membuat rumah ini sama seperti Silo, dan kota ini menjadi kutuk bagi
segala bangsa di bumi." (Yer 26:4-6). Melalui nabi Yeremia kita
semua diingatkan untuk senantiasa mendengarkan firman Tuhan dan
kehendakNya, yang antara lain diusahakan oleh orang-orang beriman
menjadi aneka aturan dan tata tertib hidup dan bekerja bersama. Dengan
kata lain jika kita mendambakan desa, daerah atau kota tempat kita hidup
dan bekerja dalam keadaan baik serta enak dan nikmati untuk ditinggali
maupun bekerja, marilah kita taati dan laksanakan aneka tata tertib atau
aturan yang berlaku. Sekali lagi kami angkat dan tekankan bahwa
keunggulan hidup beriman atau beragama adalah dalam pelaksanaan atau
penghayatan, bukan dalam wacana atau omongan. Marilah kita rawat dengan
baik rumah/tempat tinggal maupun tempat kita masing-masing, dimana
setiap hari kita memboroskan waktu dan tenaga kita. Jaga dan usahakan
kebersihan serta keindahan lingkungan hidup, rawat baik-baik aneka
sarana-prasarana hidup atau kerja. Untuk itu hendaknya entah hidup atau
kerja dihayati sebagai ibadah kepada Tuhan, sehingga lingkungan hidup,
tempat kerja maupun tempat hidup bagaikan tempat ibadah, dan rekan hidup
dan kerja bagaikan rekan beribadah, sedangkan merawat aneka
sarana-prasarana bagaikan merawat sarana-prasarana ibadah. Bukankah
sikap kita ketika sedang beribadah maupun sikap kita terhadap rekan
ibadat dan sarana-prasarana ibadat penuh kasih dan syukur. Maka
hendaknya dalam hidup dan kerja sehari-hari kita saling berterima kasih
dan bersyukur. Jika kita saling berterima kasih dan bersyukur, maka kami
percaya bahwa hidup bersama sungguh enak dan nikmat , dan dengan
demikian lingkungan hidup, desa, daerah atau kota kita baik adanya, aman
tenteram, tiada kejahatan sedikitpun. Semoga motto atau semboyan
kota-kota di Indonesia ini, yang tertulis di jalanan, tidak hanya
sekedar tertulis, tetapi menjadi kenyataan.
"Orang-orang
yang membenci aku tanpa alasan lebih banyak dari pada rambut di
kepalaku; terlalu besar jumlah orang-orang yang hendak membinasakan aku,
yang memusuhi aku tanpa sebab; aku dipaksa untuk mengembalikan apa yang
tidak kurampas. Sebab oleh karena Engkaulah aku menanggung cela, noda
meliputi mukaku. Aku telah menjadi orang luar bagi saudara-saudaraku,
orang asing bagi anak-anak ibuku; sebab cinta untuk rumah-Mu
menghanguskan aku, dan kata-kata yang mencela Engkau telah menimpa aku." (Mzm 69:5.8-10)
Redaksi : Rm
Posted by
Kasih Yesus
on
7:49 AM
.
Filed under
Renungan Harian
.
You can follow any responses to this entry through the
RSS 2.0