Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya

"Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu. Ia lari karena ia seorang upahan dan tidak memperhatikan domba-domba itu. Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa, dan Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku. Ada lagi pada-Ku domba-domba lain, yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus Kutuntun juga dan mereka akan mendengarkan suara-Ku dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala" (Yoh 10:11-16), demikian kutipan Warta Gembira hari ini

Berrefleksi atas bacaan-bacaan dalam rangka mengenangkan pesta St.Bonifasius, Uskup dan Martir, hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

Kutipan Warta Gembira hari ini kiranya bagus sekali untuk direfleksikan oleh para gembala umat atau pemimpin dan pemuka agama, dan mungkin juga bagi para pemimpin kehidupan bersama dalam bentuk apapun. Sebagai gembala atau pemimpin kita dipanggil untuk "menyerahkan nyawa" bagi para domba atau mereka yang harus kita pimpin. Nyawa berarti gairah, semangat, cita-cita atau harapan atau dambaan, yang pada umumnya untuk itu kita akan mengerahkan seluruh tenaga dan waktu agar menjadi nyata atau terwujud. Pengalaman yang demikian ini kiranya telah dialami secara mendalam oleh pasangan suami-isteri yang mendambakan kelahiran atau anugerah seorang anak. Kepada para gembala maupun pemimpin kami harapkan sungguh mempersembahkan tenaga dan waktunya bagi para gembala atau yang harus dipimpin, sehingga mereka selamat, damai sejahtera, sehat wal'afiat fisik maupun spiritual, jasmani maupun rohani. Untuk itu hendaknya dengan rendah hati didengarkan suka-duka umat atau rakyat, dan secara konkret hendaknya turun kebawah menyapa dan mendengarkan umat atau rakyat, jangan hanya duduk-duduk di kursi empuk di kamar atau kantor saja. Hendaknya juga ingat bahwa anda menjadi gembala atau pemimpin merupakan pilihan umat atau rakyat, dengan kata lain anda adalah wakil umat atau rakyat, dan ketua anda adalah umat atau rakyat. Maka tidak melayani umat atau rakyat dengan baik berarti anda tidak layak sebagai gembala atau pemimpin. Memang hidup dan bertindak melayani dengan rendah hati sungguh membutuhkan perjuangan dan pengorbanan alias menghayati rahmat kemartiran. Bahaya dan ancaman dalam aneka bentuk mengintai umat atau rakyat, dan ada sebagai gembala atau pemimpin harus melindungi mereka dari bahaya atau ancaman.

"Oleh pertolongan Allah aku dapat hidup sampai sekarang dan memberi kesaksian kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar. Dan apa yang kuberitakan itu tidak lain dari pada yang sebelumnya telah diberitahukan oleh para nabi dan juga oleh Musa, yaitu, bahwa Mesias harus menderita sengsara dan bahwa Ia adalah yang pertama yang akan bangkit dari antara orang mati, dan bahwa Ia akan memberitakan terang kepada bangsa ini dan kepada bangsa-bangsa lain." (Kis 26:22-23). Kutipan ini kiranya dapat menjadi bahan permenungan atau refleksi bagi siapapun yang merasa terpanggil untuk menjadi saksi penyelamatan Allah. Allah menghendaki agar dunia seisinya, seluruh umat manusia selamat dan damai sejahtera, tanpa pandang bulu atau SARA. Sepak terjang atau kinerja kita dimana pun dan kapan pun hendaknya menjadi 'terang bagi semua bangsa'. Kehadiran dan sepak terjang kita senantiasa menjadi fasilitator bagi orang lain untuk semakin beriman, semakin hidup suci, semakin hidup baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur. Mereka yang mengalami kebingungan karena kehadiran kita menjadi jelas dan terang benderang, mereka yang putus asa menjadi bergairah, yang sakit menjadi sembuh, yang berkekurangan menjadi berkecukupan. Semoga cara hidup dan cara bertindak kita dimana pun dan kapan pun senantiasa mendorong, memotivasi dan menggerakkan orang lain untuk semakin beriman, semakin selamat dan sejahtera. Kiranya pada masa kini kita juga dapat meneladan Paus Fransiskus, dimana cara hidup dan cara bertindaknya yang sederhana dan rendah hati telah membuka hati para pemimpin dunia, menggairahkan karena ada sesuatu yang sungguh menjanjikan demi perubahan dunia ini semakin baik dan damai.

"Aku mengasihi TUHAN, sebab Ia mendengarkan suaraku dan permohonanku.
Sebab Ia menyendengkan telinga-Nya kepadaku, maka seumur hidupku aku
akan berseru kepada-Nya." (Mzm 116:1-2)
 
 
Redaksi : Rm Ign Sumarya SJ

Posted by Kasih Yesus on 9:44 AM . Filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0

2010 Kasih Yesus Kristus . All Rights Reserved. - Written by Frans Firdaus