HARI TUBUH DAN DARAH KRISTUS

"Setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya supaya dibagi-bagikannya kepada orang banyak"

"Empat sehat, lima sempurna", itulah motto hidup sehat sebagaimana dicanangkan oleh Departemen Kesehatan. Yang dimaksudkan tidak lain adalah agar kita hidup sehat, segar-bugar hendaknya mengkonsumsi makanan dan minuman bergizi dan bervariasi, dan tentu saja makanan dan minuman yang bukan instan, tetapi alamiah. Memang untuk itu orang harus bekerja guna mengusahakan makanan dan minuman yang dibutuhkan keluarganya atau dirinya sendiri. Sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus kiranya kita sering berdoa 'Bapa Kami', sebagaimana diajarkanNya, dan ada kata-kata dalam doa tersebut yang kita doakan tiap hari yaitu "Berilah kami rezeki hari ini secukupnya". Kata 'secukupnya' dapat berarti sederhana atau tidak serakah maupun memadai demi kesehatan dan kebugaran tubuh. Maka dengan ini kami mengajak anda sekalian untuk mawas diri pada Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus ini: sejauh mana kita berusaha membina diri kita agar sehat wal'afiat, segar bugar secara fisik maupun spiritual, jasmani maupun rohani.

"Ia berkata kepada mereka: "Kamu harus memberi mereka makan!" Mereka menjawab: "Yang ada pada kami tidak lebih dari pada lima roti dan dua ikan, kecuali kalau kami pergi membeli makanan untuk semua orang banyak ini." Sebab di situ ada kira-kira lima ribu orang laki-laki. Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Suruhlah mereka duduk berkelompok-kelompok, kira-kira lima puluh orang sekelompok." Murid-murid melakukannya dan menyuruh semua orang banyak itu duduk. Dan setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya supaya dibagi-bagikannya kepada orang banyak." (Luk 9:13-16)

"Lima roti dan dua ikan" diberkati oleh Yesus dan kemudian dibagikan kepada orang banyak tidak berkekurangan dan mereka semua dapat makan sampai kenyang. Inilah mujizat yang dikerjakan oleh Yesus. Bagi kita yang beriman kepada Yesus Kristus hal ini mengingatkan kita semua akan makna setiap kali kita dalam Perayaan Ekaristi menerima komuni kudus, Tubuh Kristus. Dengan menerima TubuhNya kita dipanggil untuk meneladan cara hidup dan cara bertindakNya, antara lain 'suka berbagi rezeki kepada orang lain', terutama bagi mereka yang berkekurangan dalam hal kebutuhan pokok untuk hidup layak: papan, sandang dan pangan. Dengan kata lain kita diharapkan menjadi pribadi yang social, 'to be man/woman for/with others'.

Allah menciptakan manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan serta memberi tugas kepada manusia sebagai ciptaan terluhur untuk mengelola dan mengurus binatang dan tumbuh-tumbuhan guna memenuhi kebutuhan hidupnya dalam memuji, memuliakan, menghormati dan mengabdi Tuhan Allah. Apa yang diciptakan oleh Allah selain manusia sebenarnya cukup memadai bagi semua manusia, jika semua manusia mengkonsumsi secukupnya, tidak berfoya-foya maupun tidak boros. Maka kepada siapa pun yang masih hidup berfoya-foya serta boros kami harapkan segera bertobat serta kemudian hidup sederhana. Sebagai orang Indonesia marilah kita hayati
sila kelima dari Pancasila: Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Berbagi kepada orang lain atau membantu orang lain hemat saya bukan hanya kewajiban moral, melainkan merupakan keharusan, karena tanpa orang lain kita tak mungkin dapat hidup sebagaimana adanya saat ini.

Dalam hidup beriman, khususnya yang beriman pada Yesus Kristus, dalam hidup menggereja ada motto 'solidaritas' dan 'keberpihakan pada yang miskin dan berkekurangan', maka marilah kita hayati dua motto ini. Makna dua motto ini kiranya senada yaitu ajakan bagi kita semua untuk senantiasa memperhatikan mereka yang ada 'di bawah', yang kurang dari pada kita. Maka pertama-tama kami mengajak anda sekalian untuk 'melihat ke bawah', karena dengan demikian anda akan bersyukur dan berterima kasih lebih beruntung dari pada mereka yang berada ' di bawah' kita. Kemudian kita wujudkan syukur dan terima kasih kita dengan memperhatikan mereka yang berada ' di bawah' kita. Kepada kepala daerah kami ajak untuk 'turba', turun ke bawah, memperhatikan rakyatnya yang miskin dan berkekurangan. Sekali lagi kami angkat bahwa keberhasilan kepemimpinan anda ada pada kesejahteraan rakyat, ketika tidak ada lagi rakyat yang miskin dan berkekurangan berarti anda sukses sebagai kepala daerah. Semoga para kepala daerah tidak memperkaya diri sendiri serta melupakan kesejahteraan rakyatnya.

"Sebab apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: "Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!" Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku! Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang." (1Kor 11:23-26)

"Perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku", inilah yang kiranya baik kita renungkan atau refleksikan. Kita semua dipanggil untuk 'menyerahkan tubuh kita kepada orang lain', tentu saja hal ini tidak berarti secara apa yang tertulis, melainkan kita hendaknya 'suka memberi kepada orang lain'. Hari Jum'at tanggal 21 Mei 2013 yang lalu saya menghadiri ibadat Pesta Waisak di Klenteng – Muntilan, dan dalam ibadat tersebut disampaikan kotbah oleh Biksu dari Mendut, yang isi utamanya adalah 'memberi'. Maka dengan rendah hati saya angkat kembali isi kotbah tersebut, yang sebagian kecil sudah saya angkat di depan.

Memberi atau menyumbang orang lain bukan hanya kewajiban moral belaka, melainkan merupakan 'keharusan'. Mengapa kita harus memberi kepada orang lain, karena dalam kenyataan kita tak mungkin dapat hidup tanpa orang lain, itulah kenyataan sosiologis. Selalu memberi ada bahaya orang merasa frustrasi karena mungkin kurang dihargai dirinya, maka hendaknya kemudian diusahakan pengendalian diri, dimana kita tidak perlu mencari ketenaran atau kemashyuran karena pemberian kita. Dan langkah berikutnya adalah membersihkan pikiran kita dari aneka kejahatan dan keserakahan, dengan kata lain hendaknya kita senantiasa memikirkan apa yang baik, bermoral dan berbudi pekerti luhur.

Kita semua dipanggil untuk mengenangkan kemurahan hati Allah, yang telah menciptakan dan menganugerahi kita aneka kebutuhan yang kita perlukan untuk hidup baik, sehat, segar-bugar baik lahir maupun batin, fisik maupun spiritual. Mengenangkan berarti melakukannya kembali, maka marilah kita saling bermurah hati kepada orang lain, artinya kita saling memperhatikan satu sama lain, sehingga tak ada seorang pun di antara kita yang berkekurangan atau menderita. Selama masih ada penderitaan atau orang yang berkurangan berarti masih ada orang yang serakah, egois dan hanya mencari keuntungan pribadi.

"Diberkatilah kiranya Abram oleh Allah Yang Mahatinggi, Pencipta langit dan bumi, dan terpujilah Allah Yang Mahatinggi, yang telah menyerahkan musuhmu ke tanganmu." Lalu Abram memberikan kepadanya sepersepuluh dari semuanya." (Kej 14:19-20). "Abram memberikan kepadanya sepersepuluh dari semuanya", kiranya menjadi inspirasi bagi rekan-rekan Kristen Protestan untuk memberikan sepersepuluh pendapatannya kepada Gereja. Hal ini baik sekali, tetapi akan lebih baik jika kita memberikan diri kita seutuhnya alias tubuh kita dan segala sesuatu yang kita miliki dan kuasai saat ini bagi Gereja, bagi seluruh Umat Allah.

"Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: "Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu." Tongkat kekuatanmu akan diulurkan TUHAN dari Sion: memerintahlah di antara musuhmu! Pada hari tentaramu bangsamu merelakan diri untuk maju dengan berhiaskan kekudusan; dari kandungan fajar tampil bagimu keremajaanmu seperti embun." (Mzm 110:1-3)
 
 
Redaksi : Rm Ign Sumarya SJ

Posted by Kasih Yesus on 8:15 AM . Filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0

2010 Kasih Yesus Kristus . All Rights Reserved. - Written by Frans Firdaus