Apabila Yesus datang Kembali ke Dunia
Renungan Harian 8:46 AM
Sebaliknya, mereka menganggap sebagai allah yang menguasai jagat raya ialah api atau angin ataupun udara kencang, lagipula lingkaran bintang-bintang atau air yang bergelora ataupun penerang-penerang yang ada di langit.
Jika dengan menikmati keindahannya mereka sampai menganggapnya allah, maka seharusnya mereka mengerti betapa lebih mulianya Penguasa kesemuanya itu. Sebab Bapa dari keindahan itulah yang menciptakannya.
Jika mereka sampai dipesonakan oleh kuasa dan daya, maka seharusnya mereka menjadi insaf karenanya, betapa lebih kuasanya Pembentuk semuanya itu.
Sebab orang dapast mengenal Khalik dengan membanding-bandingkan kebesaran dan keindahan ciptaan-ciptaan-Nya.
Namun demikian dalam hal ini mereka hanya sedikit saja salahnya, sebab mungkin mereka hanya tersesat, tetapi mereka mencari Allah dan berusaha menemukan-Nya.
Karena mereka sibuk dengan pekerjaan-Nya dan menyelidikinya, dan mereka terharu oleh yang mereka lihat, sebab memang indahlah hal-hal yang kelihatan itu.
Tetapi bagaimana pun juga mereka tidak dapat dimaafkan.
Sebab jika mereka mampu mengetahui sebanyak itu, sehingga dapat menyelidiki jagat raya, mengapa gerangan mereka tidak terlebih dahulu menemukan Penguasa kesemuanya itu? (Keb 13:1-9)
Mazmur Tanggapan: Mzm 19:2-5; Bacaan Injil: Luk 17:26-37
Pengarang Kitab Kebijaksanaan berurusan dengan tema-tema filosofis
yang memusatkan perhatian pada upaya pencarian kebenaran. Dengan
menggunakan argumen-argumen yang rasional, ia menunjukkan
kesalahan-kesalahan dari mereka yang menyembah matahari, bulan dan
bintang-bintang serta “ilah-ilah alam raya” lainnya. Namun dalam
berargumentasi, sang pengarang melakukannya dengan nada penuh belarasa,
bukan dengan menyalah-nyalahkan. Paling sedikit orang-orang yang mencari
kebaikan dan keindahan menunjuk ke arah yang benar selagi mereka
menundukkan kepala dan bersembah sujud di hadapan berbagai objek di
langit. Namun sayangnya keindahan ciptaan telah menjauhkan mereka dari
pengenalan akan sang Pencipta yang sejati. “Lihatlah lebih dalam lagi”,
demikianlah kiranya nasihat sang pengarang Kitab Kebijaksanaan. “Apakah
anda pikir semua itu hebat? Semua itu tidak ada artinya apabila
dibandingkan dengan sang Pencipta yang menciptakan segala sesuatu,
termasuk berbagai benda di langit yang disembah sebagai ilah-ilah.” “Seharusnya mereka mengerti betapa lebih mulianya Penguasa kesemuanya itu …… betapa lebih kuasanya Pembentuk semuanya itu” (Keb 13:3,4). Renungkanlah Mazmur 95 yang kita biasa daraskan dalam Ibadat Pembuka Ibadat Harian.
Pada
zaman modern ini kiranya kebanyakan orang tidaklah menyembah bintang,
bulan, matahari dan/atau planet-planet lainnya. Namun demikian, berapa
banyak manusia menyembah berhala-berhala berupa kenikmatan sex, uang dan
harta kekayaan, atau kekuasaan! Dalam zaman informasi teknologi yang
cepat berkembang ini, kita menjadi lebih terpelajar, rajin, dan bijak
dalam hal-hal duniawi ketimbang generasi-generasi yang lalu – ah begitu
impresifnya. Bagaimana pun juga, banyak anggota keluarga kita, banyak
sahabat kita, banyak rekan kerja kita yang tidak mengenal
hikmat-kebijaksanaan tertinggi yang dapat dicapai oleh manusia – hikmat-
kebijaksanaan Kristus!
Setiap orang pada zaman modern ini sebenarnya mempunyai hasrat sama
seperti yang dimiliki oleh para pembaca Kitab Kebijaksanaan pada abad-1
SM. Rasa lapar dan haus akan kebaikan, kebenaran, dan keindahan itu
bersifat universal. Jika kita mengetahui hal ini, dan juga mengetahui
harta-kekayaan yang terkandung dalam suatu relasi personal dengan Tuhan,
bagaimana kita harus bereaksi terhadap para pencari di sekeliling
kita? Apakah kita memiliki belarasa? Apakah kita menghakimi orang lain?
Apakah kita sekadar menjadi penonton jarak jauh?
Sang pemazmur mengatakan: “Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya”
(Mzm 19:1). Jadi, apabila langit dapat menyatakan kemuliaan Allah,
tentunya kita pun dapat melakukannya. Cintakasih yang memenuhi rumah
kita, cara kita menangani konflik-konflik dan berelasi dengan
orang-orang di sekeliling kita, damai-sejahtera yang kita bawa kepada
mereka yang sedang mengalami kesulitan hidup; seperti juga keindahan
alam semesta, semua dapat memberikan kesaksian tentang Allah kepada
sebuah dunia yang merindukan suatu keindahan dan kebaikan sejati.
Marilah kita juga tidak melupakan bahwa – tidak seperti matahari yang
terbenam dan gunung-gemunung, kita dapat berbicara juga dengan mulut
kita! Kita harus memberikan kesaksian tentang hidup ilahi dan berbicara
tentang hidup itu, mencari kesempatan untuk melakukan keduanya pada hari
ini. Lewat perbuatan-perbuatan dan kata-kata, kita harus melakukan apa
yang dapat kita lakukan untuk membawa orang-orang kepada Allah, sumber
dari segalanya yang baik.
DOA: Bapa surgawi, anugerahkanlah kepadaku
keberanian dan belarasa yang kubutuhkan untuk mewartakan Injil Yesus
Kristus kepada para anggota keluargaku, para sahabatku dan rekan-rekan
kerjaku. Oleh kuasa Roh Kudus-Mu bentuklah diriku agar dapat secara
efektif mensyeringkan kasih-Mu kepada dunia di sekelilingku. Amin.
Posted by
Kasih Yesus
on
8:46 AM
.
Filed under
Renungan Harian
.
You can follow any responses to this entry through the
RSS 2.0