Iman Seorang Ibu dan 7 orang anaknya
Renungan Harian 8:28 AM
Terjadi pula yang berikut ini: Tujuh orang bersaudara serta
ibu mereka ditangkap. Lalu dengan siksaan cambuk dan rotan mau dipaksa
oleh sang raja untuk makan daging babi yang haram.
Tetapi terutama ibu itu sungguh mengagumkan secara luar biasa. Ia
layak dikenang-kenangkan baik-baik. Ia mesti menyaksikan ketujuh anaknya
mati dalam tempo satu hari saja. Namun demikian, itu ditanggungnya
dengan besar hati oleh sebab harapannya kepada Tuhan. Dengan rasa hati
yang luhur dihiburnya anaknya masing-masing dalam bahasanya sendiri,
penuh dengan semangat yang luhur. Dengan semangat jantan dikuatkannya
tabiat kewanitaannya lalu berkatalah ia kepada anak-anaknya: “Aku tidak
tahu bagaimana kamu muncul dalam kandungku. Bukan akulah yang memberi
kepadamu nafas dan hidup atau menyusun bagian-bagian pada badanmu
masing-masing! Melainkan Pencipta alam semestalah yang membentuk
kelahiran manusia dan merencanakan kejadian segala sesuatunya. Dengan
belas kasihan-Nya Tuhan akan memberikan kembali roh dan hidup kepada
kamu, justru oleh karena kamu kini memandang dirimu bukan apa-apa demi
hukum-hukumnya.”
Adapun raja Antiokhus mengira bahwa ibu itu menghina dia dan ia
menganggap bicaranya suatu penistaan. Anak bungsu yang masih hidup itu
tidak hanya dibujuk dengan kata-kata, tetapi sang raja juga menjanjikan
dengan angkat sumpah bahwa anak bungsu itu akan dijadikannya kaya dan
bahagia, asal saja ia mau meninggalkan adat istiadat nenek moyangnya.
Bahkan ia akan dijadikannya sahabat raja dan kepadanya akan dipercayakan
pelbagai jabatan negara. Oleh karena pemuda itu tidak menghiraukannya
sama sekali, maka sang raja memanggil ibunya dan mendesak, supaya ia
menasehati anaknya demi keselamatan hidupnya. Sesudah ia lama mendesak
barulah ibu itu menyanggupi untuk meyakinkan anaknya. Kemudian ia
membungkuk kepada anaknya lalu dengan mencemoohkan penguasa yang bengis
itu berkatalah ia dalam bahasanya sendiri: “Anakku, kasihanilah aku yang
sembilan lamanya mengandungmu dan tiga tahun lamanya menyusuimu. Aku
pun mengasuhmu dan membesarkanmu hingga umur sekarang ini dan terus
memeliharamu. Aku mendesak, ya anakku, tengadahlah ke langit dan ke bumi
dan kepada segala sesuatunya yang kelihatan di dalamnya. Ketahuilah
bahwa Allah tidak menjadikan kesemuanya itu dari barang yang sudah ada.
Demikanpun bangsa manusia dijadikan juga. Jangan takut kepada algojo
itu. Sebaliknya, hendaklah menyatakan diri sepantas kakak-kakakmu dan
terimalah maut itu, supaya aku mendapat kembali engkau serta
kakak-kakakmu di masa belas kasihan kelak.”
Ibu itu belum mengakhiri ucapannya, maka berkatalah pemuda itu: “Kamu
menunggu siapa? Aku tidak mentaati penetapan raja. Sebaliknya aku taat
kepada segala ketetapan Taurat yang sudah diberikan oleh Musa kepada
nenek moyang kami. Niscaya baginda yang menjadi asal usul segala
malapetaka yang menimpa orang-orang Ibrani tidak akan terluput dari
tangan Allah …” (2Mak 7:1,20-31)
Mazmur Tanggapan: Mzm 17:1,5-6,8,15; Bacaan Injil: Luk 19:11-28
Dua
buah kitab Makabe menggambarkan perjuangan orang-orang Yahudi melawan
raja-raja asing guna mencapai kemerdekaan di bidang agama maupun
politik. Praktek bangsa-bangsa kafir (dalam hal ini helenisme) telah
“mengkorupsi” atau “merusak” rituale penyembahan di Bait Suci dan
orang-orang Yahudi dipaksa untuk menundukkan diri kepada praktek-praktek
kekafiran. Ada dua kekuatan yang eksis pada masa itu. Di satu pihak ada
para raja berjaya Seleukid (dinasti Diadoki dari Makedonia) bersama
para pendukung Yahudi pengagum orang-orang kafir tersebut. Di lain pihak
ada bangsa Israel yang ingin tetap setia pada hukum Taurat yang telah
diberikan oleh Musa. Cerita-cerita dari kitab-kitab Makabe (catatan:
3Mak dan 4Mak adalah tergolong kitab-kitab apokrifa … tidak termasuk
kanon!) menunjukkan bagaimana Yudaisme dipelihara di tengah-tengah dan
di depan mata bangsa penindas yang sangat kejam. Kitab-kitab Makabe
ditulis untuk mendidik dan memberikan inspirasi kepada orang-orang
Yahudi yang berjuang untuk setia kepada Allah.
Sebagai umat Allah, kita dapat belajar banyak dari kesetiaan yang
ditunjukkan oleh keluarga kudus ini. Tujuh orang bersaudara dan kemudian
ibunda mereka (2Mak 7:41), satu persatu dibunuh demi iman mereka.
Mereka tidak sudi melihat siapapun dan/atau apapun dari dunia ini
menjadi penghalang bagi mereka dalam melangkah di jalan kebenaran yang
selama ini mereka yakini dengan penuh iman. Kepercayaan mereka kepada
Allah dan janji-janji-Nya dimanifestasikan dalam pengakuan iman mereka
akan kasih Allah, kepercayaan mereka akan kebangkitan kepada hidup baru,
dan keadilan Allah. Ketujuh laki-laki bersaudara itu dan ibunda mereka,
semuanya mati sebagai martir, karena meyakini bahwa kebenaran Allah
akan menang.
Pesan
kepada umat tentang iman yang harus dibela sampai mati adalah sesuatu
yang terus dihadirkan oleh Gereja dalam liturginya. Paling sedikit dalam
satu bulan, Gereja menghormati seorang dari para martirnya. Apa
maksudnya? Untuk mengingatkan kita tentang pentingnya memegang teguh
kebenaran, walaupun di tengah-tengah berbagai tekanan yang berasal dari
pengaruh-pengaruh duniawi. Contoh yang diberikan oleh sang ibu dari
ketujuh anak laki-laki itu, yang dengan iklas menyerahkan anak-anaknya
agar Allah tidak dicederai dan mengalami penistaan, dapat menguatkan
kita selagi kita melangkah di jalan iman Kristiani, selagi kita
mengikuti jejak Kristus!
Sekarang, marilah kita bertanya kepada diri kita masing-masing:
Apakah hati kita berkobar-kobar dengan cintakasih kepada Allah seperti
sang ibu dalam bacaan di atas, sehingga kita dapat memberi inspirasi
kepada anak-anak kita? Apakah kita memiliki hasrat agar anak-anak kita
atau para sahabat kita akan memiliki hati yang berkobar-kobar dengan
cintakasih kepada Allah saja?
Saudari dan Saudaraku yang dikasihi Kristus, Allah dapat mengubah
hati selagi kita datang kepada-Nya dalam doa dan tinggal bersama-Nya
dalam kegiatan-kegiatan kita sehari-hari. Marilah kita memusatkan
pandangan kita kepada-Nya, sang Penyempurna iman dan pengharapan kita,
yang memiliki kuat-kuasa yang mampu mentransformasikan hidup kita.
DOA: Bapa surgawi, semoga kemenangan para martir-Mu
membawa sukacita sejati kepada kami. Semoga teladan hidup mereka
memperkuat iman kami dan doa-doa mereka senantiasa memperbaharui
keberanian kami. Kami berdoa demikian, dalam nama Yesus Kristus,
Putera-Mu yang tunggal, yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dalam
persekutuan Roh Kudus, Allah sepanjang segala masa. Amin.
Posted by
Kasih Yesus
on
8:28 AM
.
Filed under
Renungan Harian
.
You can follow any responses to this entry through the
RSS 2.0