Yesus Menangisi Kehancuran Kota Yerusalem


Ketika Ia telah mendekati dan melihat kota itu, Yesus menangisinya, kata-Nya: “Alangkah baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu. Sebab akan datang harinya, ketika musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan. Mereka akan membinasakan engkau beserta dengan penduduk yang ada padamu, dan mereka tidak akan membiarkan satu batu pun tinggal terletak di atas batu yang lain, karena engkau tidak mengetahui saat ketika Allah datang untuk menyelamatkan engkau.” (Luk 19:41-44)


Bacaan Pertama: 1Mak 2:15-29; Mazmur Tanggapan: Mzm 50:1-2,5-614-15

Laki-laki sejati tidak diharapkan unt
uk menangis di depan umum – namun Yesus sungguh menangis! Injil mencatat dua peristiwa di mana Yesus menangis: di dekat kubur Lazarus dari Betania (Yoh 11:35) dan pada saat Ia memandang kota suci Yerusalem. Apakah yang menggerakkan Yesus untuk menangisi kota Yerusalem ketika Dia memandang kota itu?
Yesus datang ke kota Yerusalem untuk menawarkan para penduduknya pembebasan yang sejati dan suatu damai-sejahtera yang tidak dapat diberikan oleh penguasa dunia manapun, yaitu pengampunan dosa dan rekonsiliasi dengan Bapa surgawi. Yerusalem mendapat namanya dari sepatah kata Ibrani yang berarti “damai” …… “Salem”. Namun sayangnya, kota Yerusalem belum siap untuk menyambut sang “Raja Damai”. Sabda Yesus: “Engkau tidak mengetahui saat ketika Allah datang untuk menyelamatkan engkau” (Luk 19:44).

Dalam artian tertentu Yesus sebenarnya menghidupkan kembali suatu episode dalam sejarah kota suci ini yang sudah berumur 600 tahun: masa hidup Yeremia, ketika Yerusalem sedang menghadapi sebuah penyerbuan besar-besaran dari pasukan Babel. Nubuatannya yang dibuat-Nya sambil menangis ini terpenuhi ketika pasukan tentara Romawi menghancurkan kota suci Yerusalem dan praktis meratakan Bait Suci pada tahun 70. Patut kita catat, bahwa walaupun ketika Dia meratapi kota Yerusalem bukanlah berarti Dia tidak berpengharapan: “Alangkah baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu!” (Luk 19:42).

Apakah kita (anda dan saya) mengetahui apa saja yang memungkinkan terciptanya damai-sejahtera? Damai-sejahtera yang ditawarkan oleh Yesus lebih daripada sekadar tidak adanya konflik dan peperangan. Damai-sejahtera dari Yesus berarti pembebasan dari keterikatan pada rasa takut, pembebasan dari prasangka, kebencian dan penolakan. Damai-sejahtera dari Yesus adalah kebebasan dari dosa yang datang selagi kita memusatkan pandangan mata kita pada Yesus dan mencoba untuk berjalan mengikuti perintah-perintah-Nya dalam ketaatan. Inilah satu-satunya damai-sejahtera yang membawa kesembuhan, rahmat, serta persatuan dan kesatuan. Keluarga-keluarga, komunitas-komunitas, dan bahkan seluruh negara dan bangsa dapat mengenal damai-sejahtera ini apabila mereka sungguh-sungguh menyingkirkan berbagai halangan yang mencegah mereka merangkul Tuhan.

Damai-sejahtera yang sejati dimungkinkan seturut sampai berapa jauh kita memperkenankan Yesus memerintah hati dan pikiran kita, juga memperhatikan rumahtangga dan relasi-relasi kita. Sabda-Nya dan Roh Kudus-Nya memiliki kuat-kuasa untuk menghancurkan setiap penghalang. Ketika kekhawatiran melanda diri kita, maka Yesus dapat menunjukkan kepada kita bagaimana mengatasi rasa takut kita dengan keberanian dan iman, kepahitan kita dengan cintakasih dan pengampunan, dan intoleransi kita dengan kebaikan hati dan kesabaran.

DOA: Tuhan Yesus, berikanlah damai-sejahtera-Mu kepada semua orang yang sedang dirundung kekhawatiran dan rasa was-was pada hari ini. Amin.

Posted by Kasih Yesus on 8:38 AM . Filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0

2010 Kasih Yesus Kristus . All Rights Reserved. - Written by Frans Firdaus