Yesus Senantiasa Mencari Kita
Renungan Harian 8:24 AM
Bacaan Pertama: 2Mak 6:18-31; Mazmur Tanggapan: Mzm 4:2-7
Sebagai seorang “kepala pemungut cukai” dan “kaya” (Luk 19:2),
Zakheus kelihatannya telah sukses besar dalam suatu profesi yang
melibatkan penipuan keuangan sekitar pembayaran pajak. Pada waktu itu,
sebagai seorang “kepala pemungut cukai”, Zakheus barangkali dipandang
sebagai “kepala” pendosa juga (Luk 19:7).
Seperti kebanyakan kita, Zakheus barangkali bukanlah kandidat yang
paling jelas-nyata untuk menjadi murid Yesus. Namun Yesus tahu dan
mengenal Zakheus dan cukup lama menantikannya sebelum pejabat cukai yang
bertubuh pendek ini memanjat pohon ara agar dapat melihat Yesus dengan
lebih jelas. Ketika mereka bertemu, muka ketemu muka, maka hati Zakheus
menjadi begitu tergerak oleh perjumpaan itu itu sehingga seluruh
hidupnya menjadi berubah.
Bagaimana dengan kita? Yesus juga menantikan kita selagi kita mencoba
untuk dapat memandangnya dengan lebih baik. Barangkali sesuatu tentang
Dia menyentuh hati kita selagi kita sebagai komunitas merayakan Misa
Kudus. Barangkali kita bahkan mencoba untuk mencari Dia sepanjang pekan,
namun menemui sejumlah hal yang menghalang-halangi perjalanan kita
kepada-Nya, seperti orang banyak yang menghalangi Zakheus untuk dapat
melihat Yesus, sehingga dia harus memanjat pohon ara yang ada. Namun
demikian, Yesus senantiasa ada di sana, menantikan waktu yang tepat di
mana Dia dapat menyatakan diri-Nya kepada kita secara lebih mendalam dan
mengundang diri-Nya sendiri ke dalam hidup kita.
Perjumpaan Zakheus dengan Yesus merupakan suatu pengalaman yang
menggerakkan nuraninya sehingga bersedia memberikan separuh dari
harta-kekayaannya kepada orang-orang miskin dan mengembalikan empat kali
sekiranya ada orang yang telah diperasnya (lihat Luk 19:8). Pada
dirinya, deklarasi pribadi Zakheus sungguh menakjubkan, dan hal ini
menunjukkan menunjukkan betapa kuatnya hati Zakheus telah disentuh oleh
Yesus.
Berjumpa dengan Yesus harus membuat suatu perubahan sungguhan dalam
hidup kita. Tidak separuh-separuh, yang ada hanyalah hitam atau putih.
Setelah berjumpa dengan Yesus, orang muda pemimpin yang kaya malah
meninggalkan-Nya karena banyak hartanya (lihat Luk 18:18-23; bdk. Mat
19:16-22; Mrk 10:17-22). Perjumpaan pribadi dengan Yesus seharusnya
menggoncangkan batin kita, menggerakkan hati kita untuk menjadi murah
hati dengan orang-orang lain seperti telah ditunjukkan-Nya kepada kita
bagaimana Dia bermurah hati kepada kita. Kebanyakan dari kita tidak
mengalami pertobatan yang langsung sekaligus pada satu saat yang secara
dramatis mengubah hidup kita hanya dalam satu malam. Namun apabila kita
sampai mengenal Yesus, pada setiap tahapan yang kita alami, Yesus
mengundang kita ke dalam suatu transformasi yang lebih besar untuk
mencapai keserupaaan dengan diri-Nya. Ini adalah pertobatan sejati:
bukan sekadar menghindarkan diri dari dosa, melainkan bersikap dan
bertindak “boros” dalam cintakasih kita kepada Allah dan orang-orang
yang dianugerahkan-Nya dalam kehidupan kita.
Yesus senantiasa mencari kita – pribadi demi pribadi – bahkan ketika
kita mencari-Nya. Bukankah hal itu kelihatannya tidak mungkin? Mungkin
saja! Marilah kita mengingat bagaimana penyelamatan datang kepada
Zakheus si raja pendosa dan para kudus yang dahulunya juga para pendosa:
Santo Augustinus dari Hippo, Santo Fransiskus dari Assisi dan begitu
banyak lagi.
DOA: Tuhan Yesus, aku ingin mengenal siapa Engkau
secara lebih mendalam lagi. Datanglah, ya Yesus, dan penuhilah diriku.
Berikanlah iman kepadaku agar sungguh percaya Engkau akan melakukan hal
itu. Yesus, jadikanlah hatiku seperti hati-Mu. Amin.
Posted by
Kasih Yesus
on
8:24 AM
.
Filed under
Renungan Harian
.
You can follow any responses to this entry through the
RSS 2.0