Imanmu Telah Menyelamatkan Engkau

Waktu Yesus hampir tiba di Yerikho, ada seorang buta yang duduk di pinggir jalan dan mengemis. Mendengar orang banyak lewat, ia bertanya, “Apa itu?” Kata orang kepadanya, “Yesus orang Nazaret lewat.” Lalu ia berseru, “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” Mereka yang berjalan di depan menegur dia supaya ia diam. Namun semakin keras ia berseru, “Anak Daud, kasihanilah aku!” Lalu Yesus berhenti dan menyuruh membawa orang itu kepada-Nya. Ketika ia telah berada di dekat-Nya, Yesus bertanya kepadanya, “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Jawab orang itu, “Tuhan, supaya aku dapat melihat!” Lalu kata Yesus kepadanya, “Melihatlah sekarang, imanmu telah menyelamatkan engkau!” Seketika itu juga ia dapat melihat, lalu mengikuti Dia sambil memuliakan Allah, Melihat hal itu, seluruh rakyat memuji-muji Allah. (Luk 18:35-43)


Bacaan Pertama: 1Mak 1:10-15,41-43,54-57,62-64; Mazmur Tanggapan: Mzm 119:53,61,134,150,155,158

“Melihatlah sekarang, imanmu telah menyelamatkan engkau!” (Luk 18:42).
Begitu sering kita membaca, bahwa ketika Dia menyembuhkan seorang buta atau lumpuh, atau yang menderita sakit-penyakit lainnya, Yesus mengatakan kepada orang itu, “Imanmu telah menyelamatkan engkau” , misalnya kepada seorang dari sepuluh orang kusta yang disembuhkannya (Luk 17:19); kepada perempuan berdosa yang mengurapinya (Luk 7:50).

Iman memberikan kepada kita visi batiniah mendalam, yang lebih penting daripada karunia kesembuhan itu sendiri, seperti membuat mata orang dapat melihat. Seorang yang memiliki iman memiliki mata terbuka yang dapat melihat jari-jari Allah bergerak menelusuri rencana hidupnya di dunia ini.

Dalam segala hal yang diamatinya, seorang insan beriman senantiasa memandang Allah dulu. Barangkali cara terbaik adalah menggambarkan dengan suatu kontras: seorang pribadi manusia yang mengikuti jalan Allah dan seorang baik, namun dari dunia ini – katakanlah bahwa dia adalah seorang yang percaya pada ilmu pengetahuan semata. Mengapa kita sampai membanding-bandingkan seperti itu. Karena ada kecenderungan di dunia modern untuk mencari kontradiksi-kontradiksi antara ilmu pengetahuan dan Allah, seakan-akan Allah sang Mahapencipta bukanlah penguasa, sumber dan motor dari ilmu pengetahuan itu. Mereka tidak melihat bahwa ilmu pengetahuan pun sebenarnya adalah ciptaan Allah. Mereka berpandangan seakan-akan ilmu pengetahuan dapat menghalangi pancaran dari sumber pengetahuan yang jauh lebih tinggi.

Pada dasarnya asumsi sedemikian dapat mengerucut pada pandangan bahwa benda-benda bukanlah pribadi-pribadi, maka kita tidak dapat mempunyai pribadi-pribadi; atau apabila kita menerima keberadaan pribadi-pribadi, maka kita tidak dapat percaya kepada benda-benda. Mengapa kita tidak mempunyai dua-duanya? Bukankah kita mempunyai bukti-bukti dari keberadaan pribadi-pribadi dan benda-benda? Apakah tidak mungkin bagi kita untuk mengenal baik ciptaan maupun sang Pencipta?

LEPER HEALEDBagaimana seorang ilmuwan memandang dunia ini? Ia mempelajari benda-benda dan hubungan antara benda-benda ini dan hukum yang mengatur hal-ikhwal benda-benda. Dunia kita memang terbuat dari benda-benda – unsur-unsur, kombinasi-kombinasi, dan hukum yang mengatur semua itu.

Di lain pihak seorang pendoa, yang melihat dunia yang sama, mencari seorang Pribadi: Orang itu mempelajari tindakan pribadi, tujuan, rencana dengan mana Pribadi termaksud menggerakkan dunia.
Mengapa hal-hal ini harus menjadi kontradiktif? Para ilmuwan mencari hukum, sedangkan seorang beriman berbicara dengan sang Pembuat Hukum itu. Sang ilmuwan mengejar pengetahuan: ia menyelidiki hal-hal yang dapat diamati, ia membuat klasifikasi atas benda-benda yang diselidiki, lalu mencari penyebab sekunder dari semua itu.
Seorang pendoa mencari suatu relasi pribadi, dia menanggapi sang Pribadi yang telah memberikan hukum-hukum dan sebab-sebab dari makna hukum-hukum itu. Dia juga mencari pengetahuan, namun demi Kasih. Inilah pribadi manusia yang dipuji oleh Yesus ketika mengatakan, “Imanmu telah menyelamatkan engkau!” Kita juga kiranya dapat mendengar seakan Yesus berkata: “Engkau telah melangkah melampaui benda-benda, sehingga sampai kepada suatu rasa percaya pada diri sang Pribadi yang sebenarnya adalah sumber dari segala sesuatu yang baik. Dan rasa percayamu, imanmu, kasihmu telah bekerja dengan penuh kuat-kuasa dalam hidupmu.” 

DOA: Yesus, Engkau adalah Tuhan dan Juruselamat kami. Kami datang menghadap hadirat-Mu seperti orang buta di dekat Yerikho, tanpa rasa ragu dan tanpa rasa takut. Bukalah mata hati kami sehingga dengan demikian kami dapat memandang diri-Mu dalam segala kemurnian, kasih, dan kesetiaan. Yesus, Putra Daud, kasihanilah kami! Amin

Posted by Kasih Yesus on 8:22 AM . Filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0

2010 Kasih Yesus Kristus . All Rights Reserved. - Written by Frans Firdaus