Imanmu Telah Menyelamatkan Engkau
Renungan Harian 8:22 AM
Bacaan Pertama: 1Mak 1:10-15,41-43,54-57,62-64; Mazmur Tanggapan: Mzm 119:53,61,134,150,155,158
“Melihatlah sekarang, imanmu telah menyelamatkan engkau!” (Luk 18:42).
Begitu sering kita membaca, bahwa ketika Dia menyembuhkan seorang
buta atau lumpuh, atau yang menderita sakit-penyakit lainnya, Yesus
mengatakan kepada orang itu, “Imanmu telah menyelamatkan engkau” ,
misalnya kepada seorang dari sepuluh orang kusta yang disembuhkannya
(Luk 17:19); kepada perempuan berdosa yang mengurapinya (Luk 7:50).
Iman memberikan kepada kita visi batiniah mendalam, yang lebih
penting daripada karunia kesembuhan itu sendiri, seperti membuat mata
orang dapat melihat. Seorang yang memiliki iman memiliki mata terbuka
yang dapat melihat jari-jari Allah bergerak menelusuri rencana hidupnya
di dunia ini.
Dalam segala hal yang diamatinya, seorang insan beriman senantiasa
memandang Allah dulu. Barangkali cara terbaik adalah menggambarkan
dengan suatu kontras: seorang pribadi manusia yang mengikuti jalan Allah
dan seorang baik, namun dari dunia ini – katakanlah bahwa dia adalah
seorang yang percaya pada ilmu pengetahuan semata. Mengapa kita sampai
membanding-bandingkan seperti itu. Karena ada kecenderungan di dunia
modern untuk mencari kontradiksi-kontradiksi antara ilmu pengetahuan dan
Allah, seakan-akan Allah sang Mahapencipta bukanlah penguasa, sumber
dan motor dari ilmu pengetahuan itu. Mereka tidak melihat bahwa ilmu
pengetahuan pun sebenarnya adalah ciptaan Allah. Mereka berpandangan
seakan-akan ilmu pengetahuan dapat menghalangi pancaran dari sumber
pengetahuan yang jauh lebih tinggi.
Pada
dasarnya asumsi sedemikian dapat mengerucut pada pandangan bahwa
benda-benda bukanlah pribadi-pribadi, maka kita tidak dapat mempunyai
pribadi-pribadi; atau apabila kita menerima keberadaan pribadi-pribadi,
maka kita tidak dapat percaya kepada benda-benda. Mengapa kita tidak
mempunyai dua-duanya? Bukankah kita mempunyai bukti-bukti dari
keberadaan pribadi-pribadi dan benda-benda? Apakah tidak mungkin bagi
kita untuk mengenal baik ciptaan maupun sang Pencipta?
Bagaimana seorang ilmuwan memandang dunia ini? Ia mempelajari
benda-benda dan hubungan antara benda-benda ini dan hukum yang mengatur
hal-ikhwal benda-benda. Dunia kita memang terbuat dari benda-benda –
unsur-unsur, kombinasi-kombinasi, dan hukum yang mengatur semua itu.
Di lain pihak seorang pendoa, yang melihat dunia yang sama, mencari
seorang Pribadi: Orang itu mempelajari tindakan pribadi, tujuan, rencana
dengan mana Pribadi termaksud menggerakkan dunia.
Mengapa hal-hal ini harus menjadi kontradiktif? Para ilmuwan mencari
hukum, sedangkan seorang beriman berbicara dengan sang Pembuat Hukum
itu. Sang ilmuwan mengejar pengetahuan: ia menyelidiki hal-hal yang
dapat diamati, ia membuat klasifikasi atas benda-benda yang diselidiki,
lalu mencari penyebab sekunder dari semua itu.
Seorang pendoa mencari suatu relasi pribadi, dia menanggapi sang
Pribadi yang telah memberikan hukum-hukum dan sebab-sebab dari makna
hukum-hukum itu. Dia juga mencari pengetahuan, namun demi Kasih. Inilah
pribadi manusia yang dipuji oleh Yesus ketika mengatakan, “Imanmu telah
menyelamatkan engkau!” Kita juga kiranya dapat mendengar seakan Yesus
berkata: “Engkau telah melangkah melampaui benda-benda, sehingga sampai
kepada suatu rasa percaya pada diri sang Pribadi yang sebenarnya adalah
sumber dari segala sesuatu yang baik. Dan rasa percayamu, imanmu,
kasihmu telah bekerja dengan penuh kuat-kuasa dalam hidupmu.”
DOA: Yesus, Engkau adalah Tuhan dan Juruselamat
kami. Kami datang menghadap hadirat-Mu seperti orang buta di dekat
Yerikho, tanpa rasa ragu dan tanpa rasa takut. Bukalah mata hati kami
sehingga dengan demikian kami dapat memandang diri-Mu dalam segala
kemurnian, kasih, dan kesetiaan. Yesus, Putra Daud, kasihanilah kami!
Amin
Posted by
Kasih Yesus
on
8:22 AM
.
Filed under
Renungan Harian
.
You can follow any responses to this entry through the
RSS 2.0