Janganlah membuka buku tentang kehidupanmu sebelum merencanakan akhir buku tersebut
Renungan Harian 10:29 AM
Bacaan Pertama: 1Mak 6:1-13; Mazmur Tanggapan: Mzm 9:2-4,6,16,19
Apakah anda merupakan jenis pribadi yang membeli sebuah buku cerita
dan membaca buku itu mulai dengan bab terakhir? Apakah anda adalah jenis
pembaca yang berkata, “Saya tidak pernah membaca seluruh isi sebuah
buku apabila saya tidak menyukai akhirnya?” Jika demikian halnya, maka
ada orang-orang yang mengkritisi anda untuk hal tersebut, namun
bagaimana pun juga anda dapat dikatakan cukup bijak.
Yesus kiranya mengatakan kepada kita masing-masing, “Janganlah
membuka buku tentang kehidupanmu sebelum merencanakan akhir buku
tersebut.”
Marilah kita perhatikanlah bagaimana Yesus menanggapi cerita dan
pertanyaan menjebak dari kaum Saduki yang tidak percaya akan kebangkitan
badan itu. Orang-orang Saduki itu seakan mengatakan: “Tuan, kami akan
menjebak-Mu. Engkau berbicara mengenai kebangkitan. Oke, namun bagaimana
dengan tradisi tua untuk seorang perempuan yang tidak/belum memperoleh
anak untuk kawin kembali dengan adik laki-laki dari suaminya bilamana
suaminya meninggal dunia?” Ini dikenal sebagai Hukum Levirat! Katakanlah
perempuan itu harus kawin dengan tujuh laki-laki bersaudara, maka
siapakah suaminya dalam hal kebanagkitan?
Yesus seakan menjawab, “Masalahnya dengan kamu semua adalah bahwa
kamu tidak memahami akhir buku yang kamu baca. Kamu tidak percaya pada happy-ending
dari kehidupan, karena pemikiranmu tentang apa artinya kehidupan itu
tidak pernah jernih. Namun aku menjamin, bahwa apakah kamu memahaminya
atau tidak, kebangkitan itu adalah riil. Pada kenyataannya, akhir buku
yang penuh kemuliaan itulah yang memberikan arti kepada bagian-bagian
lainnya. Tanpa kemenangan itu – kemuliaan kebangkitan – apakah ada
kebaikan dalam hal penderitaan sengsara dan kematian? Bukankah bab
terakhir merupakan bagian yang paling penting dari cerita kehidupanmu?
Bukankah hal itu yang membuat perbedaan bagaimana kamu menghayati hidup
dalam cerita bab-bab selebihnya?” Sekian puluh tahun kemudian, Santo
Paulus menulis kepada jemaat di Korintus: “Bilamana diberitakan
bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin ada
di antara kamu yang mengatakan bahwa tidak ada kebangkitan orang mati?
Seandainya tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak
dibangkitkan. Andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah
pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu” (1Kor 15:12-14).
Marilah kita sadari sepenuhnya, bahwa kita bergabung dengan Yesus
Kristus dalam kebangkitan-Nya hanya apabila kita bergabung dengan Yesus
dalam segala hal lainnya yang dialami-Nya. Kalau begitu halnya, maka
semua penderitaan dan kesedihan dan kesulitan hidup yang kita alami
menjadi masuk akal. Tidak hanya itu, semua itu mempunyai makna yang
besar-agung, mulia dan berkemenangan. Santo Paulus menulis kepada jemaat
di Roma, “Jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan
kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan
kebangkitan-Nya” (Rm 6:5).
Seorang Kristiani yang mengetahui akhir buku tentang kehidupannya
dapat hidup berkemenangan bersama Yesus …… mengalahkan Iblis dan roh-roh
jahatnya …… dan menjalani hidup sedemikian setiap hari.
DOA: Tuhan Yesus, ingatkanlah aku seringkali tentang
apa dan bagaimana gambaran yang ada dalam bab terakhir buku tentang
hidupku. Semoga dengan demikian aku dapat merencanakan bagian-bagian
lain dari hidupku agar dapat sesuai dengan rencana-Mu atas diriku. Amin.
Posted by
Kasih Yesus
on
10:29 AM
.
Filed under
Renungan Harian
.
You can follow any responses to this entry through the
RSS 2.0