Keluarga Kudus
Renungan Harian 8:25 AM
Pesta Keluarga Kudus, Yesus, Maria, Yosef
Bacaan I: Kej 15:1-6; 21:1-3
Perjanjian Allah dengan Abram; janji tentang keturunannya
15:1 Kemudian datanglah firman TUHAN kepada Abram dalam suatu penglihatan: “Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar.” 15:2 Abram menjawab: “Ya Tuhan ALLAH, apakah yang akan Engkau berikan kepadaku, karena aku akan meninggal dengan tidak mempunyai anak, dan yang akan mewarisi rumahku ialah Eliezer, orang Damsyik itu.” 15:3 Lagi kata Abram: “Engkau tidak memberikan kepadaku keturunan, sehingga seorang hambaku nanti menjadi ahli warisku.” 15:4 Tetapi datanglah firman TUHAN kepadanya, demikian: “Orang ini tidak akan menjadi ahli warismu, melainkan anak kandungmu, dialah yang akan menjadi ahli warismu.” 15:5 Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: “Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.” Maka firman-Nya kepadanya: “Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.” 15:6 Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.
Ishak lahir
21:1 TUHAN memperhatikan Sara, seperti yang difirmankan-Nya, dan TUHAN melakukan kepada Sara seperti yang dijanjikan-Nya. 21:2 Maka mengandunglah Sara, lalu ia melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abraham dalam masa tuanya, pada waktu yang telah ditetapkan, sesuai dengan firman Allah kepadanya. 21:3 Abraham menamai anaknya yang baru lahir itu Ishak, yang dilahirkan Sara baginya.
15:1 Kemudian datanglah firman TUHAN kepada Abram dalam suatu penglihatan: “Janganlah takut, Abram, Akulah perisaimu; upahmu akan sangat besar.” 15:2 Abram menjawab: “Ya Tuhan ALLAH, apakah yang akan Engkau berikan kepadaku, karena aku akan meninggal dengan tidak mempunyai anak, dan yang akan mewarisi rumahku ialah Eliezer, orang Damsyik itu.” 15:3 Lagi kata Abram: “Engkau tidak memberikan kepadaku keturunan, sehingga seorang hambaku nanti menjadi ahli warisku.” 15:4 Tetapi datanglah firman TUHAN kepadanya, demikian: “Orang ini tidak akan menjadi ahli warismu, melainkan anak kandungmu, dialah yang akan menjadi ahli warismu.” 15:5 Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: “Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya.” Maka firman-Nya kepadanya: “Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu.” 15:6 Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.
Ishak lahir
21:1 TUHAN memperhatikan Sara, seperti yang difirmankan-Nya, dan TUHAN melakukan kepada Sara seperti yang dijanjikan-Nya. 21:2 Maka mengandunglah Sara, lalu ia melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abraham dalam masa tuanya, pada waktu yang telah ditetapkan, sesuai dengan firman Allah kepadanya. 21:3 Abraham menamai anaknya yang baru lahir itu Ishak, yang dilahirkan Sara baginya.
Mzm 105:1b-2,3-4.5-6,8-9
Refren : Hanya Dualah Tuhan, Allah kita, selama-lamanya Ia ingat akan perjanjian-Nya.
Mazmur
* Bersyukurlah kepada Tuhan, serukanlah nama-Nya, maklumkanlah
perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa. Bernyanyilah bagi Tuhan,
bermazmurlah bagi-Nya, percakapkanlah segala perbuatan-Nya yang ajaib!
* Bermegahlah dalam nama-Nya yang kudus, biarlah bersukahati
orang-orang yangmencari Tuhan. Carilah Tuhan dan kekuatan-Nya, carilah
selalu wajah-Nya!
* Ingatlah perbuatan-perbuatan ajaib yang dilakukan-Nya, mukjizat dan
ketetapan-ketetapan yang diucapkan-Nya, hai anak cucu Abraham,
hamba-Nya, hai anak-anak Yakub, pilihan-Nya.
* Selama-lamanya Ia ingat akan perjanjian-Nya, akan firman yang
diperintahkan-Nya kepada seribu angkatan’ akan perjanjian yang
diikat-Nya dengan Abraham, dan akan sumpah-Nya kepada Ishak.
Bacaan II: Ibr 11:6,11-12,17-19
6 11:Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah.
Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah
ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh
mencari Dia.
11:11 Karena iman ia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia. 11:12 Itulah sebabnya, maka dari satu orang, malahan orang yang telah mati pucuk, terpancar keturunan besar, seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, yang tidak terhitung banyaknya.
11:17 Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal, 11:18 walaupun kepadanya telah dikatakan: “Keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu.” 11:19 Karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali.
11:11 Karena iman ia juga dan Sara beroleh kekuatan untuk menurunkan anak cucu, walaupun usianya sudah lewat, karena ia menganggap Dia, yang memberikan janji itu setia. 11:12 Itulah sebabnya, maka dari satu orang, malahan orang yang telah mati pucuk, terpancar keturunan besar, seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, yang tidak terhitung banyaknya.
11:17 Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal, 11:18 walaupun kepadanya telah dikatakan: “Keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu.” 11:19 Karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali.
Bacaan Injil : Luk 2:22-40
Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka
membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan, 2:23
seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: “Semua anak laki-laki sulung
harus dikuduskan bagi Allah”, 2:24 dan untuk mempersembahkan korban
menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung
tekukur atau dua ekor anak burung merpati. 2:25 Adalah di Yerusalem
seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan
penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya, 2:26 dan kepadanya
telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia
melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. 2:27 Ia datang ke Bait
Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang
tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat,
2:28 ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah,
katanya: 2:29 “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam
damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, 2:30 sebab mataku telah
melihat keselamatan yang dari pada-Mu, 2:31 yang telah Engkau sediakan
di hadapan segala bangsa, 2:32 yaitu terang yang menjadi penyataan bagi
bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.” 2:33 Dan
bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang
Dia. 2:34 Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu
Anak itu: “Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau
membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang
menimbulkan perbantahan 2:35 — dan suatu pedang akan menembus jiwamu
sendiri –, supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.” 2:36
Lagipula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku
Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh
tahun lamanya bersama suaminya, 2:37 dan sekarang ia janda dan berumur
delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan
siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa. 2:38 Dan pada ketika
itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan
berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan
untuk Yerusalem. 2:39 Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan
menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu kota
Nazaret di Galilea. 2:40 Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat,
penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.
Renungan:
Kita dapat membayangkan ketakutan-ketakutan yang ada dalam benak
Abram. “Bagaimana jika raja-raja di Timur balas dendam setelah
kukalahkan?” (Kej. 14:1-24) “Bagaimana dengan hartaku, penerusku?” (ayat
2-3).
Ketakutan Abram cukup beralasan. Menurut tradisi waktu itu, jika
Abram mati tanpa anak laki-laki, maka hambanya yang tertua akan jadi
pewarisnya. Meskipun Abram mengasihi hambanya, ia menginginkan anaknya
sendirilah yang meneruskan garis keluarganya. Di tengah kekhawatiran
itu, Tuhan bertindak. Tuhan menolong dan menguatkan. Tuhan berjanji
melindungi Abram dan memberikan upah yang sangat besar kepadanya (ayat
1). Tuhan memang tidak menjanjikan kekayaan dan ketenaran. Ia
menjanjikan apa yang menjadi jawaban dari kekhawatiran Abram, yaitu:
keturunan sebanyak bintang di langit (ayat 5) dan pasir di laut (Kej.
22:17). Bukan hanya menjanjikan, Tuhan juga meneguhkan janji tersebut
lewat upacara yang serius (ayat 9-21). Mendengar janji Tuhan, “Bagaimana
jika…”-nya Abram berubah menjadi “Aku percaya Tuhan!” (ayat 6). Walau
Abram menunjukkan imannya melalui tindakan, ternyata imannyalah yang
membuat Abram benar di hadapan Tuhan (Lih. Rm. 4:1-5).
Kita dapat memiliki hubungan yang benar dengan Allah dengan percaya
kepada Dia. Tindakan lahiriah kita, dengan hadir di gereja, berdoa,
berbuat baik, dsb. bukan dengan sendirinya membuat kita benar di hadapan
Allah. Hubungan yang benar dengan Allah selalu dilandasi oleh iman.
Iman adalah keyakinan terdalam bahwa Allah adalah Ia yang telah
berkata-kata, dan akan melakukan apa yang telah Ia katakan.
Tindakan-tindakan baik dan benar yang dilakukan akan mengikuti keyakinan
iman kita sebagai hasil sampingan saja.
Perikop Kej 21:1-3 mengungkapkan kepedulian Allah kepada keluarga
pilihan, Abraham dan Sara, juga kepada Hagar dan Ismael yang dibuang
oleh mereka. Allah menggenapi janji kepada Abraham mengenai ahli
warisnya. Ishak adalah penggenapan janji itu. Ya, Abraham sendiri tega
mengusir Hagar dan Ismael, karena merasa kepentingan keluarganya
terancam. Allah tidak demikian. Allah tidak pilih kasih. Allah tidak
melupakan Hagar dan Ismael. Sesuai dengan janji-Nya kepada Hagar pada
saat Ismael masih dalam kandungan (Kej. 16:7-12), di padang gurun
Bersyeba Allah melindungi dan memelihara mereka (ayat 17-21). Bahkan
Allah menjanjikan Ismael menjadi bangsa yang besar (ayat 18). Kepedulian
Allah jauh melampaui kasih manusia.
Kita belajar dari sikap Allah ini untuk peduli kepada orang lain, jangan hanya berpusat kepada diri sendiri dan kelompok kita. Bahwa Allah peduli kepada kita sampai memberi penyataan anugerah-Nya seharusnya membuat kita lebih mempedulikan orang lain. Karena, sesungguhnya siapakah kita? Apakah lebihnya kita daripada orang lain, yang adalah sesama kita?
Untuk ditindaklanjuti: Adakah orang yang tersisihkan oleh karena ego
kita? Tunjukkan kasih Allah kepadanya melalui kepedulian Anda yang
konkret dan praktis!
Jika ada pertanyaan-pertanyaan “Bagaimana jika…?” dalam hidup kita
dan mengakibatkan ketakutan-ketakutan yang menurut kita beralasan dan
mengkhawatirkan, serahkanlah hidup kita kepada TUHAN dan percayalah
kepada-Nya, dan Ia akan bertindak (Mzm. 37:5).
Bacaan kedua berkaitan dengan bacaan II, tentang Menanti janji Tuhan
Menantikan penggenapan suatu janji adalah pekerjaan yang sulit. Apalagi ketika penggenapan janji yang kita tunggu itu tidak kunjung terjadi. Satu-satunya yang memampukan kita bertahan dalam penantian itu adalah jika kita kenal dan percaya penuh kepada pihak yang berjanji.
Tidak heran kalau Abraham disebut bapak kaum beriman. Ia tekun menantikan penggenapan janji Allah walaupun kapan dan seperti apa realisasi janji itu tidak jelas. Ia menaati perintah Allah untuk pergi meninggalkan negeri leluhurnya dan tinggal di tempat asing (ayat 8). Kemah-kemah yang didirikannya di setiap perhentian menunjukkan bahwa ia selalu siap berpindah sesuai dengan petunjuk Tuhan sampai ia tiba di Tanah Perjanjian (ayat 9-10). Sikap iman Abraham ini sebenarnya merupakan gambaran sikap iman Kristen yang meyakini bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara dan merupakan bagian dari perjalanan hidup bermusafir (ayat 13). Tujuan mereka ada di depan, yaitu Surga yang dijanjikan Allah. Surga adalah tempat abadi yang jauh lebih indah dibandingkan kesementaraan dalam dunia ini.
Menantikan penggenapan suatu janji adalah pekerjaan yang sulit. Apalagi ketika penggenapan janji yang kita tunggu itu tidak kunjung terjadi. Satu-satunya yang memampukan kita bertahan dalam penantian itu adalah jika kita kenal dan percaya penuh kepada pihak yang berjanji.
Tidak heran kalau Abraham disebut bapak kaum beriman. Ia tekun menantikan penggenapan janji Allah walaupun kapan dan seperti apa realisasi janji itu tidak jelas. Ia menaati perintah Allah untuk pergi meninggalkan negeri leluhurnya dan tinggal di tempat asing (ayat 8). Kemah-kemah yang didirikannya di setiap perhentian menunjukkan bahwa ia selalu siap berpindah sesuai dengan petunjuk Tuhan sampai ia tiba di Tanah Perjanjian (ayat 9-10). Sikap iman Abraham ini sebenarnya merupakan gambaran sikap iman Kristen yang meyakini bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara dan merupakan bagian dari perjalanan hidup bermusafir (ayat 13). Tujuan mereka ada di depan, yaitu Surga yang dijanjikan Allah. Surga adalah tempat abadi yang jauh lebih indah dibandingkan kesementaraan dalam dunia ini.
Kunci iman Abraham adalah ia percaya kepada kesetiaan Allah, Sang
Pemberi Janji. Kepercayaan penuh ditunjukkannya dengan tidak ragu
sedikit pun akan janji Allah mengenai ahli waris kandungnya, padahal
secara biologis ia dan istrinya tidak mungkin lagi menurunkan keturunan
(ayat 11). Imam Abraham teruji dan terpuji sebab sepenuhnya ditujukan
kepada Allah dan diberdayakan oleh Allah.
Iman Abraham bukan iman nekad. Iman Abraham adalah iman berdasarkan pengenalannya akan pribadi Allah dan pengalamannya akan kuasa-Nya. Abraham mengenal Allah sebagai Allah yang mengasihi dan memelihara dirinya beserta keluarganya. Ia juga telah melihat kuasa Allah yang membuat Sara mengandung dan melahirkan Ishak pada masa tuanya. Maka Abraham pun yakin akan janji Allah tentang Ishak sebagai pewarisnya pasti ditepati-Nya. Meskipun Ishak harus tetap dikurbankan, Allah akan membangkitkannya lagi (ayat 19;
Iman Abraham bukan iman nekad. Iman Abraham adalah iman berdasarkan pengenalannya akan pribadi Allah dan pengalamannya akan kuasa-Nya. Abraham mengenal Allah sebagai Allah yang mengasihi dan memelihara dirinya beserta keluarganya. Ia juga telah melihat kuasa Allah yang membuat Sara mengandung dan melahirkan Ishak pada masa tuanya. Maka Abraham pun yakin akan janji Allah tentang Ishak sebagai pewarisnya pasti ditepati-Nya. Meskipun Ishak harus tetap dikurbankan, Allah akan membangkitkannya lagi (ayat 19;
Injil hari ini, Tanggung jawab spiritual.
Yusuf dan Maria menjalankan tanggung jawab sebagai orang-tua di hadapan Tuhan (21-24). Tanggung jawab ini mengungkapkan makna iman serta kepatuhan orang-tua atas apa yang telah difirmankan dan ditetapkan Tuhan. Kelalaian banyak dilakukan orang-tua Kristen pada masa kini. Tanggung jawab terhadap anak hanya diterapkan sebatas pemenuhan kebutuhan lahiriah. Model seperti ini jelas mengabaikan kebutuhan spiritual anak-anaknya.
Yusuf dan Maria menjalankan tanggung jawab sebagai orang-tua di hadapan Tuhan (21-24). Tanggung jawab ini mengungkapkan makna iman serta kepatuhan orang-tua atas apa yang telah difirmankan dan ditetapkan Tuhan. Kelalaian banyak dilakukan orang-tua Kristen pada masa kini. Tanggung jawab terhadap anak hanya diterapkan sebatas pemenuhan kebutuhan lahiriah. Model seperti ini jelas mengabaikan kebutuhan spiritual anak-anaknya.
Kebutuhan spiritual lebih utama daripada kebutuhan lahiriah. Sejak
kecil anak harus diperkenalkan kepada Yesus, agar ia menyerahkan
hidupnya kepada-Nya. Sangatlah keliru bila dikatakan bahwa anak belum
tahu apa-apa. Orang-tua bertanggungjawab membawa anak ke gereja dan
mendorongnya untuk beribadah kepada Tuhan.
Persiapan dan penghiburan Allah. Kejadian di Bait Allah mempertegas
fakta sejarah tentang kelahiran Yesus. Dilihat dari sisi empat orang
yang terkait yaitu Yusuf, Maria, Simeon, dan Hana, peristiwa itu
mempunyai makna yang lain. Bagi Simeon dan Hana peristiwa itu merupakan
penghiburan luar biasa yang Allah sediakan di hari tua mereka, karena
diizinkan melihat penggenapan janji keselamatan dari Allah. Bagi Yusuf
dan Maria peristiwa itu merupakan persiapan yang Allah lakukan, agar
mereka siap menghadapi masa-masa sulit di masa mendatang.
DOA:
Bapa surgawi, Allah yang Mahakuasa. Pada hari ini, Putera-Mu
yang tunggal dipersembahkan di kenisah, sebagai seorang anak manusia
seperti kami. Murnikanlah pikiran dan hati kami, sehingga kami dapat
berjumpa dengan Engkau dalam kemuliaan-Mu. Amin.
Posted by
Kasih Yesus
on
8:25 AM
.
Filed under
Renungan Harian
.
You can follow any responses to this entry through the
RSS 2.0